Saturday, 30 November 2013

Pengetian Kurikulum



  1. Pengertian Kurikulum dan Komponennya
1)      Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh[1].

Istilah kurikulum muncul pertama kali pada kamus webster pada tahun 1856, yang digunakan dalam bidang olah raga, yaitu Gurere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta mulai awal sampai sampai akhir atau mulai start sampai finish. Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul pada kamus tersebut, khusus digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran disekolah atau diperguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah.[2]

Dalam kosakata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan istilah Manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, yaitu jalan terang yang dilalui pendidik / guru juga peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai. Kurikulum merupakan suatu sistem, yaitu ada tujuan, isi, evaluasi dan sebagainya yang saling terkait. Disamping kurikulum sebagai guiding instruction, juga merupakan alat antisipatori, yaitu alat alat yang dapat meramalkan masa depan, bukan hanya sebagai reportial , yaitu suatu yang hanya melaporkan suatu kejadian yang telah berjalan[3].

Carter V. Good dalam Dicionary of education, sebagaimana yang dikutip oleh M. Zaini dalam bukunya Pengembangan kurikulum konsep implementasi evaluasi dan inovasi menyebutkan bahwa kurikulum adalah sebuah materi pelajaran yang harus ditempuh dalam suatu mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu, seperti kurikulum Pendidikan Bahasa Arab, Kurikulum Pendidikan Bahasa Inggris atau kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Kurikulum juga diartikan sebagai garis-garis besar materi yang harus dipelajari oleh siswa disekolah untuk mencapai tingkat tertentu atau ijazah, atau sejumlah pelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah atau kampus.[4]

Definisi kurikulum yang secara formal tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi : “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Winarno Surakhmad (1977) yang mengemukakan bahwa “kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.” Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang telah direncanakan dan disusun untuk dilaksanakan dan dijadikan pedoman dan pegangan terutama bagi tenaga pengajar dan siswa yang berisi tentang program – program kurikulum berupa program dari masing-masing mata pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan baik secara keseluruhan maupun dalam mata pelajaran dengan menggunakan strategi pelaksanaan yang ditempuh untuk melaksanakan pembelajaran cara dalam menilai, dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan[5]



2)      Komponen Kurikulum
Komponen Kurikulum Ada 5 unsur komponen  kurikulum yaitu: tujuan, isi (bahan pelajaran), media, strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan penilaian (evaluasi)

  1. Komponen Tujuan
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di Sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkian tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
  1. Komponen Isi/Materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu natara lain:
- Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
- Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.  
- Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
- Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.
- Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topiktopik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
  1. Komponen Media atau Sarana dan Prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Sarana dan prasarana atau media merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar mudah dimengerti oleh anak didik dalam proses belajar mengajar. Pemakaian media dalam proses mengajar merupakan suatu hal yang perlu dilaksanakan oleh seorang anak didik atau guru agar apa yang disampaikannya terhadap anak didik dapat memiliki makna dan arti penting bagi anak didik dikarenakan telah berhasilnya menyerap, memahami suatu materi pelajaran yang ditempunya.
Ketepatan memilih media, menurut Subandijah (1993) merupakan suatu hal yang dituntut bagi seorang guru agar materi yang ditransfer bisa berjalan sebagai mana mestinya dan tujuan pengajaran atau pendidikan dari proses belajar mengajar yang ada diharapkan bisa tercapai dengan baik.

  1. Komponen Strategi
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

  1. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi program. Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.

Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. Merupakan suatu komponen kurikulum, karena dengan evaluasi dengan evaluasi dapat di peroleh informasi akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,pembelajaran kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu di lakukan


  1. Sumber Al-Qur’an dan Hadist tentang Kurikulum

Al-Qur’an
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(Al Baqarah : 31)

Hadist:
Sesungguhnya aku meninggalkan untuk kamu , yang jika kamu berpegang teguh dengannya , maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.
(H.R. Hakim)

  1. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Islam
Pada era sekarang ini setiap lembaga mempunyai kurikulum sendiri dengan materi yang berbeda pula. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pengajar/tutor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu tidak diperlukan kurikulum atau materi yang berlaku di semua sekolah di seluruh pelosok tanah air. Masing-masing sekolah atau komunitas pendidikan dapat menyusun kurikulumnya sendiri sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai dan tumbuh kembangnya kepribadian yang bertanggung jawab kepada maju tidaknya bangsa negara indonesia menjadi tanggung jawab penyelenggara pendidikan bahkan masyarakatpun juga ikut mengontrolnya. Hanya saja pilihan materi ajar, pengelolaan, dan metodologi pembelajaraannya, yang diserahkan oleh pelaksana atau penyelengara pendidikan, yang akhirnya akan bertemu dalam saru tujuan pendidikan nasional.[6]
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (petunjuk bagi pengajar/anak sisik)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Informasi pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk kerja
f. Evaluasi.

Ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara :
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
2. Hubungan manusia dengan manusia .
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan ,
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain (selain manusia), dan lingkungan.[7]
 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama islam meliputi tujuh unsur yakni :
1), Al-Quran Hadits
2), Keimanan
3), Syariah
4), Ibadah
5), Muamalah
6), Akhlak
7)Tarikh (Sejarah Islam).[8] 





  1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum dalam perspektif Islam Sebelum kita memasuki prinsip-prinsip pengembangn kurikulum perspektif islam, kita akan melihat dulu Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum secara umum. Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum :
a. Prinsip Relevansi, dalam membuat kurikulum hendaknya memeperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat sekitar dan anak didik, agar nantinya berguna bagi siswa untuk bersaing dalam dunia kerja yang akan datang. Dan tak kalh penting harus sesuai dengan perkembangan tekhnologi agar selaras dalam usaha mebangun negara.
b. Prinsip Fleksibilitas, dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum hendaknya mempunyai kelenturan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaiaan-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah. Waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak. Kurkulum ini mempersiapkan anak untuk masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum tetap fleksibel dilaksanakan ditempat manapun, bahkan bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
c. Prinsip Kontinuitas, perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara suatu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang dengan jenjang lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan pekerjaananya. d. Prinsip Efisiensi, untuk menyelesaikan suatu program diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang kadang-kadang sangat besar jumlahnya. Yang kesemuannya itu sangat bergantung kepada banyak program yang akan diselesaikan. Hal ini yang dikatakan bahwa usaha yang dilakukan itu efisien. Jadi efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang. Dengan kata lain prinsip ekonomis ini harus diterapkan dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit atau sekecil mungkin untuk mendapakan hasil yang optimal.

f. Prinsip Efektifitas, walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan murah tapi keberhasilan tetap harus diperhatikan. Dan pengembangan kurikulum tidak terlepas dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan, yang merupakan penjabaran dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Pada dasarkan kurikulum berisikan empat aspek utama tujuan-tujuan pendidikan atau kompetensi, isi pendidikan dan pengalaman belajar serta penilaian.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum dalam perspektif Islam Terlepas dari perbedaan pendapat dikalangan cendikiawan muslim tentang konsep dan batasan pembaruan, sesungguhnya pembaruan dalam islam mempunyai watak dan karakteristik tersendiri. Gagasan dan ide pembaruan dalam islam muncul sebagai upaya interpretasi kaum muslim terhadap sumber-sumber ajaran islam dalam rangka menghadapi berbagai perubahan sosio-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat. [9]
Dunia pendidikan islma-pun masuk dalam ranah pembaruan dalam islam, bagaimana pendidikan islama mampu mencetak generasi-generasi masa depan yang lebih kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan, agama, dan tekhnologi. Banyak sekali landasan kaum muslimin untuk melakukan pembahruan dan pengembangan dalam segala bidang, landasan yang utama adalah, al-Qur’an Surat Ar Ra’d ayat 11:
3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ ÇÊÊÈ  

”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Firman itu secara teologis dapat dijadikan landasan bagi pengembangan kurikulum pendidikan islam, pola pikir dan pola sikap suatu kaum tentu akan mengalami prubahan/pengembangan. Pengembanagan seperti itu tentunya bersifat internal. Artinya, pengembangan dimulai dari kemauan itu sendiri untuk menghadapi situasi sosial budaya yang ada pada masanya.
Dalam pembahasan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dalam Islam ini, saya kutip pendapatnya B.S. Wibowo sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, dengan mengajukan beberapa prinsip pengembangan:[10]
Imagination

 ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (al-Kahfi:110). Dengan demikian kurikulum yang dibangun harus mampu membangkitkan imajinasi jauh kedepan, baik manfaat ilmu, maupun menciptakan teknologi dari yang tidak ada menjadi ada guna kemakmuran manusia. Student Centre; Murid sebagai pusat aktivitas. Siswa harus mandiri dalam proses belajar, inquiri adalah sebuah program yang menkankan rasa ingin tahu peserta belajar dan menggali dari pengalaman terstruktur yang diberikan. Kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu(al-hadits).

Tekhnologi
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(tekhnologi).
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al ’Alaq: 1-5) Memanfaatkan tekhnologi belajar Multi Indrawi, sehingga membuat anak didik senang dalam belajar.



Interventer
            Guru yang terbaik adalah pengalaman (Ali bin Abi Thalib). Maka guru harus bisa mendesian proses intervensi terstruktur pada peserta belajar, atau mampu mengkritisi pengalaman belajar siswa.

Question and Answer
 Tanya jawab. Tidaklah kamu berfikir, bertafakkur dan bertadabur (Qur’an). Ilmu adalah perbendaharaan, kunci-kuncinya adalah pertanyaan (Hadits). Mendorong rasa ingin tahu dengan pertanyaan-pertanyaan dan merancang cara menjawab rasa ingin tahu dan menemukan jawaban.

Organization
  
”Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!”( An Nisa’; 71)

Belajar terdiri dari banyak unsur, yaitu pelajaran dan keterampilan akademis, keterampilan berpikir, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan manajemen.

Motivation
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit( Ibrahim; 24)


            Amal itu tergantung niatnya (al hadits), Untuk dapat memberikan motivasi seorang guru harus memiliki motivasi yang lebih, untuk mampu mengajar dengan tekhnik motivasi yang memotifasi maka guru harus memiliki kemampuan menguasai tekhnik presentasi yang optimal. Application; Seorang ulama (orang yang berilmu) yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami) Puncaknya ilmu adalah amal. Banyak lulusan sekolah merasa bingung ketika keluar dari sekolah dalam menerapkan ilmu. Dengan demikian hendaknya guru mampu memvisualisasikan ilmu pengetahuan pada dunia praktis, mengembangkan aplikasi ilmu dalam berbagai bidang kehidupan. [11]

Spiritual
Kekuatan spiritual terletak pada kelurusan dan kebersihan hati nurani, roh, pikiran, jiwa, emosi. Bahan bakar motif yang paling kuat ada pada nilai-nilai, doktrin dan ideologi atau faktor spiritual. Dengan demikian guru harus mampu mendidik dengan turut menyertakan nilai-nilai spiritual, karena ini merupakan faktor mendasar untuk kesuksesan jangka panjang.[12]


 Bertingkat-Tingka