Wednesday, 20 January 2016

AYAT-AYAT AL-QUR`AN DAN TAFSIRANNYA TENTANG BIOLOGI



Tugas makalah tafsir III
AYAT-AYAT AL-QUR`AN DAN TAFSIRANNYA TENTANG BIOLOGI



D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA :                      ADI FIRMANSYAH
NIM/SEM :     123100242/IV
JURUSAN :    PAI-7
Dosen pembimbing :
Dr. ZAINAL EFENDI HASIBUAN,M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PPADANGSIDIMPUAN
T.A 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb . . .
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang kita harapkan syafaatnya di hari kemudian.
Penulis berusaha agar syarat dan tuntutan dapat terpenuhi dan terwujud semaksimal mungkin, tentang makalah yang berjudulayat-ayat al-qur`an dan tafsirannya tentang biologi. Namun apabila masih ada kekurangan dan kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, saudara-saudara yang telah memberikan kritik dan saran dalam menyusun makalah ini.
Wassalamualaikm wr wb . . .



                                        Padangsidimpuan, Mei 2014

                                                             Penyusun
                                                           ADI FIRMANSYAH







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………      2
DAFTAR ISI …………………………………………………………..       3
A.    PENDAHULUAN …………………………………………….       4
B.     PENGERTIAN BIOLOGI …………………………………….      5
C.     SEJARAH PERKEMBANGAN BIOLOGI ………………….       6
D.    PEMBAGIAN BIOLOGI ……………………………………..      8
E.     AYAT-AYAT AL-QUR`AN TENTANG BIOLOGI ………...      11
F.      KESIMPULAN ………………………………………………..       27
DAFTAR KEPUSTAKAAN ………………………………………….       29

















TAFSIR AYAT-AYAT ALQUR`AN TENTANG BIOLOGI
A.    Pendahuluan
Pada zaman dahulu kala, terutama zaman Yunani, orang lebih banyak mempelajari filsafat. Dari filsafat ini, selanjutnya berkembang adanya filsafat alam dan filsafat moral. Filsafat alam mempunyai turunan ilmu-ilmu alam (the natural sciences), sedangkan filsafat moral berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Nah, ilmu-ilmu alam ini dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni ilmu abiotik/non hayati (the physical science) dan ilmu hayati (the biological science). Ilmu hayati inilah yang biasa disebut dengan nama biologi. Biologi dimaksudkan sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup. Hal ini sesuai, dengan asal kata biologi dari bahasa Yunani, yakni Bios yang berarti ‘hidup’ dan Logos yang berarti ‘ilmu’.
Biologi terus berkembang seiring penelitian dan penemuan-penemuan baru. Terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, contohnya adalah perkembangan mikroskop. Ketika mikroskop pertama kali ditemukan, kemampuannya untuk melihat objek-objek mikroskopis masih sangat terbatas. Kemudian berkembang mikroskop seperti yang umum kita gunakan saat ini yang disebut sebagai mikroskop cahaya karena sumber sinarnya adalah cahaya.
Setelah itu, berkembang pula mikroskop elektron, yaitu mikroskop yang sumber sinarnya adalah elektron, sehingga pengamatan dengan mikroskop ini dapat dilakukan dengan lebih detail dibandingkan dengan mikroskop cahaya. Dengan dukungan teknologi lain, kajian biologi pun mengalami perkembangan, sehingga muncullah penemuan-penemuan baru seperti dalam biologi molekuler, dan bioteknologi. Akibat perkembangan teknologi yang semakin pesat, saat ini biologi sudah merambah pada hal-hal yang dulunya tidak mungkin dilakukan. Biologi akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dan teknologi.


B.     Pengertian Biologi
Biologi atau ilmu hayati adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah "Biologi" dipinjam dari bahasa Belanda, Biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, Bios ("hidup") dan ,Logos ("lambang", "ilmu"). Istilah "ilmu hayati" dipinjam dari bahasa Arab, juga berarti "ilmu kehidupan".  Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan.
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman (berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara unit kehidupan dengan lingkungannya
Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.[1]
Ilmu pengetahuan biologi berhubungaan dengan fenomena yang terdapat pada makhluk hidup. Status makhluk hidup itu bertingkat-tingkat, mulai dari bentuk kehidupan yang paling rendah berupa tumbuh-tumbuhan sampai dengan bentuk kehidupan yang paling tinggi yaitu manusia di atas bumi.[2]
Dalam ilmu pengetahuan Islam, sejarah kejadian alam telah dipelajari dan dipandang sebagai satu kesatuan dalam pengertian saling berhubungan antara satu benda dengan yang lainnya, sebagai dunia ciptaan Allah, yang menurut Islam merupakan satu kesatuan organis. Sejarah alam semesta memegang peranan paling utama sebagai suatu alat pengukur yang mengintegrasikan dan merangkum semua ilmu pengetahuan, dan didalamnya telah dikembangkan berbagai cabang ilmu, mulai dari ilmu pertambangan, sampai dengan ilmu hewan.[3]
Karena pengaruh studi Al qur`an, ilmuan muslim dan semua pengetahuan mereka, tetap berada dalam dunia ketuhanan. Al Qur`an memberikan dorongan kepada mereka untuk bersifat ideal, yang telah memberikan pengaruh terhadap kepercayaan (iman) maupun kegiatan penelitian mereka. Selama melakukan penelitian di bidang biologi, mereka sepenuhnya menyadari tentang kekuasaan Allah untuk menciptakan, sehinnga pengetahuan baru dalam bidang ini membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan.[4]

C.    Sejarah Perkembangan Biologi
Berbagai cabang biologi mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme, seperti botani (ilmu tentang tumbuhan), zoologi (ilmu tentang hewan), dan mikrobiologi (ilmu tentang jasad renik). Perbedaan-perbedaan dan pengelompokan berdasarkan ciri-ciri fisik kelompok organisme dipelajari dalam sistematika, yang di dalamnya mencakup pula taksonomi dan paleobiologi.
Berbagai aspek kehidupan dikaji pula dalam biologi. Ciri-ciri fisik bagian tubuh dipelajari dalam anatomi dan morfologi, sementara fungsinya dipelajari dalam fisiologi. Perilaku hewan dipelajari dalam etologi. Perkembangan ciri fisik makhluk hidup dalam kurun waktu panjang dipelajari dalam evolusi, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus kehidupan dipelajari dalam biologi perkembangan. Interaksi antarsesama makhluk dan dengan alam sekitar mereka dipelajari dalam ekologi; Mekanisme pewarisan sifat yang berguna dalam upaya menjaga kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidup dipelajari dalam genetika.[5]
Saat ini bahkan berkembang aspek biologi yang mengkaji kemungkinan berevolusinya makhluk hidup pada masa yang akan datang, juga kemungkinan adanya makhluk hidup di planet-planet selain bumi, yaitu astrobiologi. Sementara itu, perkembangan teknologi memungkinkan pengkajian pada tingkat molekul penyusun organisme melalui biologi molekular serta biokimia, yang banyak didukung oleh perkembangan teknik komputasi melalui bidang bioinformatika.[6]
Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan.
Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles, ilmuwan berkebangsaan Yunani. Dalam terminologi Aristoteles, “filosofi alam” adalah cabang filosofi yang meneliti fenomena alam, dan mencakupi bidang yang kini disebut sebagai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.
Aristoteles melakukan penelitian sejarah alam di pulau Lesbos. Hasil penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian Hewan, berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat mitos dan kesalahan. Bagian yang penting adalah mengenai kehidupan laut. Ia memisahkan mamalia laut dari ikan, dan mengetahui bahwa hiu dan pari adalah bagian dari grup yang ia sebut Selachē (selachians).
Istilah biologi dalam pengertian modern kelihatannya diperkenalkan secara terpisah oleh Gottfried Reinhold Treviranus (Biologie oder Philosophie der lebenden Natur, 1802) dan Jean-Baptiste Lamarck (Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi sebenarnya telah dipakai pada 1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan, sebelumnya, istilah itu juga telah muncul dalam judul buku Michael Christoph Hanov jilid ke-3 yang terbit pada 1766, yaitu Philosophiae Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generais et Dendrologia.[7]
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman (berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara unit kehidupan dengan lingkungannya).[8]

D.     Pembagian Biologi
1.      Pembagian Berdasarkan Kelompok Organisme
Makhluk hidup atau organisme sangat beraneka ragam. Taksonomi mempelajari bagaimana organisme dapat dikelompokkan berdasarkan kemiripan dan perbedaan yang dimiliki. Selanjutnya, berbagai kelompok itu dipelajari semua gatra kehidupannya, sehingga dikenallah ilmu biologi tumbuhan (botani), biologi hewan (zoologi), biologi serangga (entomologi), dan seterusnya.[9]

2.      Pembagian berdasarkan organisasi kehidupan
Kehidupan berlangsung dalam hirarki yang terorganisasi. Hirarki organisme, dari yang terkecil hingga yang terbesar yang dipelajari dalam biologi, adalah sebagai berikut:
a.       Sel;
b.      Jaringan;
c.       Organ;
d.      Sistem organ;
e.       Individu;
f.       Populasi;
g.      Komunitas atau masyarakat;
h.      Ekosistem; dan
i.        Bioma.
Kajian-kajian subindividu mencakup biologi sel, anatomi dan cabang-cabangnya (sitologi, histologi dan organologi), dan fisiologi. Pembagian lebih rinci juga mungkin terjadi. Misalnya, anatomi dapat dikhususkan pada setiap organ atau sistem (biasa terjadi dalam ilmu kedokteran): pulmonologi, kardiologi, neurologi, dan sebagainya). Tingkat supraindividu dipelajari dalam ekologi, yang juga memiliki pengkhususan tersendiri, seperti ekofisiologi atau “fisiologi lingkungan”, fenologi, serta ilmu perilaku.[10]
3.      Pembagian berdasarkan interaksi
Hubungan antarunit kehidupan maupun antara unit kehidupan dan lingkungannya terjadi pada semua tingkat organisasi. Selain mempelajari kehidupan melalui berbagai tingkatan di atas, biologi juga mempelajari hal-hal berikut, melalui cabang ilmunya masing-masing:[11]
a.       Biologi perkembangan (developmental biology): ilmu yang mempelajari tahap perkembangan makhluk hidup (ontogeni) dari telur yang dibuahi menjadi individu;
b.      Genetika: ilmu yang mempelajari pewarisan keturunan;
c.       Etologi: ilmu yang mempelajari perilaku makhluk hidup;
d.      Sistematika: ilmu yang mempelajari keanekaragaman organisme dan hubungannya dengan relasi tertentu;
e.       Ekologi: ilmu yang mempelajari habitat dan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya;
f.       Evolusi: ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi pada makhluk hidup; dan
g.      Ksenobiologi: ilmu pengetahuan spekulatif tentang adanya makhluk hidup selain di bumi.
h.      Mikologi : ilmu yang mempelajari mengenai cendawan/ jamur
i.        Mikrobiologi : ilmu yang mempelajari makhluk-makhluk mikroskopis
Bahkan terdapat sub ilmu biologi yang berkaitan dengan ilmu lain seperti biokimia dan biofisik, dimana ilmu biologi dilihat dari sudut pandang kimia dan fisika.



E.     Ayat-ayat Alqur`an Tentang Biologi
1.      QS. Al-Ghasyiyah : 17-20
a.       Bunyi Ayat
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ
Artinya :
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,  Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?  Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?


b.      Asbabun Nuzul Ayat
Di dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini  sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban cipataan Allah SWT.( HR. Ibnu Jarir dan ibnu Hatim yang bersumber dari Qatadah.)[12]


c.       Tafsiran AYat
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ .
(Apakah mereka tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan mengambil pelajaran yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekkah.     
È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz
(unta bagaimana dia diciptakan).   
n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ
(Dan langit bagaimana dia ditinggikan)
n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR
(Dan gunung-gunung bagaimana ia dipancangkan).
n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß
(Dan bumi bagaimana dia dihamparkan) maksudnya dijadikan sehingga ia terhampar. Melalui hal tersebut mereka mengambil kesimpulan tentang kekuasaan Allah SWT. Pembahasan ini dimulai dengan unta karena unta merupakan hewan yang paling mereka kenal dari pada binatang yang lainnya. Firman Allah “suthihat”, jelas menunjukkan bahwa bumi itu rata bentuknya. Pendapat inilah yang dianut ulama syara’. Jadi bentuk bumi bukanlah bulat seperti bola seperti yang dikatakan ahli ilmu konstruksi.



Adapun dalam buku karangan al-Maragi tafsiran ayatnya sebagai berikut:
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz
Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yng berkaitan dengannya tentang kebahagiaan dan kesengsaraan ? tidakkah mereka tidak memperhatikan prihal kejadian unta yang menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka eserta selalu mereka pergunakan pada setiap kesempatan?.
Unta adalah hewan yang paling dekat kepada hidup orang Arab dari zaman kezaman, sejak tanah itu didiami manusia. Itulah hewan serba guna. Hewan pengangkut dalam perjalanan jauh, hewan yang juga jadi makanan mereka. Bulunya pun dapat dicukur untuk dijadikan benang pakaian. Dagingnya bisa dimakan, susunya bisa diperas untuk diminum.[13]
Unta itu berbadan besar, kekuatannya luar biasa dan tahan menempuh panas terik di padang pasir luas. Tahan lapar dan tahan haus. Disamping itu, makanan unta pun sangat mudah, rumpput-rumput padang pasir yang tidak dapat dimakan oleh hewan lain, namun itulah makanan unta walaupun berduri.Unta sangat patuh kepada manusia, oleh karena itu kebanyakan orang arab menggunakan unta sebagai tanggangan apabila bepergian di padang pasir yang tandus.[14]
Jika mereka mau memikirkan penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa di dalam penciptaan unta tersebut terdapat suatu keajaiban yang tiada tara dan tiada terdapat dalam penciptaan binatang lain. Adapun kelebihan unta dari binatang lain adalah:
1)      Unta adalah binatang yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga dan semua sifat ini tidak terdapat dalam binatang lain.
2)      Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di tengah panas terik di gurun sahara dengan tidak seberapa kali berhenti dan berjalan sepanjang ribuan kilometer, sehingga dia mendapat gelar atau julukan “Perahu Sahara”.
3)      Wataknya yang penurut baik terhadap anak kecil amaupun orang dewasa dan diapun tetap sabar walaupun sering disakiti.
4)      Untuk memberikan makanan kepadanya cukuplah apa yang ada di padang pasir berupa daun-daunan dan pohon-pohon berduri.
5)      Dikalangan orang Arab unta dianggap sebagai binatang yang menakjubkan. Bahkan mereka memandangnya dengan penuh pesona oleh sebab itu mereka sudah kenal betul dengan watak dan tabiatnya.[15]
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui kekuasaan Allah yang sangat besar, yakni menciptakan unta yang sangat banyak fungsinya bagi manusia. Unta mampu berjalan selama berhari-hari di padang pasir tanpa minum, unta juga mampu membawa barang yang banyak, dan unta mampu memakan rumpt berduri yang tidah bisa dimakan oleh hewan lain. Kita dapat mengetahui hal tersebut dari Al Qur`an dan ilmu lain yang membahas mengenai hal tersebut, seperti ilmu biologi dan sebagainya. Kita harus banyak bersyukur kepada Allah karena telah menciptakan unta yang sangat banyak manfaatnya bagi manusia.




2.      QS. Al-Baqarah : 222-223
a.       Bunyi Ayat
štRqè=t«ó¡our Ç`tã ÇÙŠÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd ]Œr& (#qä9ÍtIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# Îû ÇÙŠÅsyJø9$# ( Ÿwur £`èdqç/tø)s? 4Ó®Lym tbößgôÜtƒ ( #sŒÎ*sù tbö£gsÜs?  Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]øym ãNä.ttBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§q­G9$# =Ïtäur šúï̍ÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ   öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ̍Ïe±o0ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ  
Artinya :         
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 222-223).
b.      Asbabun Nuzul Ayat
1)      Ayat 222:
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmizi dari Anas bahwa orang-orang Yahudi jika salah seorang wanita mereka haid, maka tidak mereka campuri dan tidak mereka bawa makan bersama dalam rumah. Maka sahabat-sahabat Nabi saw. menanyakan hal itu, hingga Allah pun menurunkan, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid…” (Q.S. Al-Baqarah 222) Sabdanya pula, “Perbuatlah segala sesuatu kecuali bersetubuh!” Dan diketengahkan oleh Barudi di antara golongan sahabat dari jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Said dari Ibnu Abbas bahwa Tsabit dan Dahdah menanyakan hal itu kepada Nabi saw. maka turunlah ayat, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid…” (Q.S. Al-Baqarah 222) Juga Ibnu Jarir mengetengahkan pula yang serupa dengan itu dari Suda.[16]
2)      Ayat 223
Imâm Bukhârî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (9/257) :
حَدَّثَنَا أَبُوْا نُعَيْمِ, قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ, قَالَ سَمِعْتُ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ, قَالَ: كَانَ اليَهُوْدُ يَقُوْلُ: لَوْ أَتَى امْرَأَةً وَهِيَ مُدْبِرَةً, وَلَدُهُ أَحْوَلَ. فَأَنْزَلَ اللهُ: نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (٢٢٣)

Artinya :
“Abu Nu’aim telah bercerita kepada kami (Bukhârî), katanya (Abu Nu’aim): “Telah bercerita kepada kami (Abu Nu’aim) Sufyan dari Ibnu al-Munkadir, katanya (Ibnu al-Munkadir): “Saya mendengar dari Jâbir bin ‘Abdullâh, katanya (Jâbir bin ‘Abdullâh): “Dahulu orang-orang Yahudi mengatakan: “Kalau menyetubuhi isteri dari belakang anaknya juling”. Maka Allah SWT. menurunkan:

 نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (٢٢٣)
223. “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu semaumu, dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu sekalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.

c.       Tafsiran Ayat
1)      Tafsir Ayat : 222
Allah Ta’ala memberitahukan kepada mereka tentang pertanyaan mereka tentang haidh, apakah wanita setelah haidh kondisinya sama seperti sebelum ia haidh? Ataukah harus dijauhi secara mutlak sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Yahudi? Maka Allah Ta’ala mengabarkan bahwa haidh itu adalah kotoran, maka apabila itu adalah kotoran pastilah merupakan suatu hikmah bahwa Allah Ta’ala melarang dari kotoran itu sendiri. Karena itu Allah Ta’ala berfirman, { فَاعْتَزِلُوا النِّسَآءَ فِي الْمَحِيضِ“Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh”, artinya, tempatnya haidh. Maksudnya, berjima’ di kemaluannya khususnya, karena hal itu haram hukumnya menurut ijma’. Pembatasan dengan kata menjauh pada tempat haidh menunjukkan bahwa bercumbu dengan istri yang haidh, menyentuhnya tanpa berjima’ pada kemaluannya adalah boleh, akan tetapi firman-Nya, { وَلاَتَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ“Dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci”, menunjukkan harusnya meninggalkan mencumbu bagian yang dekat dengan kemaluan, yaitu bagian di antara pusar dan lutut, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya, bila beliau akan mencumbu istrinya pada saat istrinya itu sedang haidh, beliau memerintahkan kepadanya untuk memakai kain lalu beliau mencumbunya.[17]
Batasan waktu menjauhi dan tidak mendekati istri yang haidh adalah, { حَتَّى يَطْهُرْنَ“sampai mereka suci”, yaitu, darah mereka telah berhenti, maka apabila darah mereka telah berhenti, hilanglah penghalang yang berlaku saat darah masih mengalir.
Syarat kehalalannya ada dua, terputusnya darah, dan mandi suci darinya. Ketika darahnya berhenti lenyaplah syarat pertama hingga tersisa syarat kedua. Maka Allah berfirman, { فَإِذَا تَطَهَّرْنَ “Apabila mereka telah suci”, maksudnya mereka telah mandi,
{ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللهُ“maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu”, yaitu pada kemaluan depan dan bukan lubang bagian belakang, karena bagian itu adalah tempatnya bersenggama, ayat ini merupakan dalil atas wajibnya mandi bagi seorang wanita yang haidh dan bahwasanya terputusnya darah adalah syarat sahnya mandi. Dan tatkala larangan tersebut merupakan kasih sayang dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya dan pemeliharaan dari kotoran, maka Allah berfirman, { إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat” yaitu dari dosa-dosa mereka secara terus menerus, { وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ }“dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”, yaitu, yang bersuci dari dosa-dosa, dan ini mencakup segala macam bersuci dari yang bersifat matrial seperti dari najis maupun hadats.
Ayat ini juga menunjukkan disyariatkannya bersuci secara mutlak, karena Allah Ta’ala menyukai orang-orang yang bersifat dengannya. Itulah sebabnya, bersuci secara mutlak adalah syarat sahnya Shalat, thawaf dan bolehnya menyentuh mushaf. Juga bersuci secara maknawi seperti (mensucikan diri) dari akhlak-akhlak yang hina, sifat-sifat yang rendah dan perbuatan-perbuatan yang kotor.[18]
2)      Tafsir Ayat : 223
{ نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki” dari depan atau dari belakang, yang jelas tidak boleh dilakukan kecuali pada kemaluan (qubul), karena bagian itulah tempatnya bercocok tanam, dan bagian itulah tempat keluarnya anak.
Ayat ini juga merupakan dalil atas haramnya berjima’ pada bagian belakang (dubur), karena Allah Ta’ala tidak membolehkan mencampuri wanita kecuali dari bagian yang menjadi tempat bersenggama. Terdapat banyak hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang haramnya hal tersebut dan beliau melaknat pelakunya.
{ وَقَدِّمُوا لأَنفُسِكُمْ “Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu”, maksudnya, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan kebajikan-kebajikan, yang di antaranya adalah seorang suami menggauli istrinya dan berjima’ bersamanya dengan maksud ketaatan dan mengharap pahala serta mengharapkan keturunan darinya yang diberi manfaat oleh Allah dengan keberadaan mereka.
{ وَاتَّقُوا اللهَ“Dan bertakwalah kepada Allah”, yaitu, dalam berbagai kondisi kalian. Tetaplah kalian berada di atas ketakwaan kepada Allah dengan menjadikan ilmu kalian sebagai pendorong untuk bertakwa. { أَنَّكُم مُّلاَقُوهُ “Bahwa kamu kelak akan menemuiNya” dan memberikan balasan buat kalian atas amalan-amalan kalian yang shalih dan selainnya.[19]
Kemudian Allah berfirman, { وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ“Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”. Allah tidak menyebutkan hal yang menjadi kabar gembira buat mereka demi menunjukkan kepada hal yang bersifat umum dan bahwasanya bagi mereka kabar gembira pada kehidupan dunia dan akhirat. Setiap kebaikan dan terhindarnya setiap mudharat yang diakibatkan dari keimanan, itu termasuk dalam kabar gembira tersebut. Ayat ini menunjukkan kecintaan Allah kepada kaum mukminin, dan kecintaan terhadap apa yang membuat mereka merasa bahagia, serta membangkitkan semangat dan kerinduan mereka kepada apa yang dijanjikan oleh Allah dari pahala duniawi maupun ukhrawi.[20]








3.    QS. Al-Mukminun : 12-15
a)      Bunyi Ayat

ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ   §NèO /ä3¯RÎ) y÷èt/ y7Ï9ºsŒ tbqçFÍhyJs9 ÇÊÎÈ
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami menjadikannya nuthfah dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami ciptakan nuthfah itu ‘alaqah, lalu Kami ciptakan ‘alaqah itu mudhghah, lalu Kami ciptakan mudhghah itu tulang-belulang, lalu Kami bungkus Tulang –belulang itu dengan daging. Kemudian Kami mewujudkannya makhluk lain. Maka Maha banyak keberkahan Allah, Pencipta yang terbaik. Kemudian sesudah itu kamu benar-benar akan mati.”

b)      Tafsiran Ayat :
Allah berfirman dalam Al Qur`an tentang bagaimana proses tahapan penciptaan manusia.(ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ), dari ayat tersebut dijelaskan bahwa, Allah menciptakan manusia bermula dari saripati tanah, yaitu Nabi Adam AS. Kemudian keturunannya diciptakan dari air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam rahim ibunya, yang memang tersedia untuk itu. Setelah melewati suatu masa tertentu dijadikanlah air mani (nuthfah) itu menjadi segumpal darah, kemudian segumpal darah itu menjadi segumpal daging. Dari segumpal daging itu tercipta tulang-belulang yang berbentuk kepala, tangan, dan kaki, kemudian dibungkuslah tulang-tulang itu dengan daging, otot, dan urat-urat. Maka terciptalah makhluk yang berbentuk lain yang padanya ditiupkan roh, diberi alat pendengaran, penglihatan, penciuman, bersuara, berfikir, dan bergerak. Sehingga lengkaplah ia menjadi manusia yang utuh, sempurna sebagai makhluk Allah yang terpilih dan yang paling mulia.[21]
Sekelompok mufassir berpendapat bahwa yang di maksud dengan manusia disini ialah putra Adam. Mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuh-tumbuhan  lahir dari sari pati tanah dan air. Jadi pada hakikatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian sari pati itu mengalami perkembangan kejadian hingga menjadi air mani (nuthfah).[22]
Berbeda-beda pendapat para ulama tentang siapa yang dimaksud dengan الانسان (al-insan/manusia) pada ayat 12 di atas, banyak yang berpendapat bahwa yang di maksud adalah Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan “Kami menjadikannya nuthfah,” bukan kami menjadikan keturunannya nuthfah. Namun menurut pendapat di atas, tidak menjadi halangan karena sudah demikian populer bahwa anak keturunan Adam melalui proses nuthfah.[23]
Bagi yang tidak setuju dengan pendapat diatas, ada yang menyatakan bahwa kata al-insan dimaksud adalah jenis manusia. Al-biqa`i misalnya menulis bahwa sulalah min thin/sari pati tanah merupakan tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam.[24]
Dalam hadits juga dijelaskan bagaimana tahapan penciptaan manusia, seperti hadits berikut :

أَبِي سَرِيحَةَ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُذُنَيَّ هَاتَيْنِ يَقُولُ إِنَّ النُّطْفَةَ تَقَعُ فِي الرَّحِمِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ يَتَصَوَّرُ عَلَيْهَا الْمَلَكُ قَالَ زُهَيْرٌ حَسِبْتُهُ قَالَ الَّذِي يَخْلُقُهَا فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَذَكَرٌ أَوْ أُنْثَى فَيَجْعَلُهُ اللَّهُ ذَكَرًا أَوْ أُنْثَى ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ أَسَوِيٌّ أَوْ غَيْرُ سَوِيٍّ فَيَجْعَلُهُ اللَّهُ سَوِيًّا أَوْ غَيْرَ سَوِيٍّ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ مَا رِزْقُهُ مَا أَجَلُهُ مَا خُلُقُهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ اللَّهُ شَقِيًّا أَوْ سَعِيدًا
Artinya :
Abu Sarihah Hudzaifah bin Asid Al Ghifari lalu dia berkata; Aku mendengar dengan kedua telingaku ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesunggunya nuthfah disimpan di dalam rahim setelah empat puluh malam. Lalu datanglah malaikat, aku kira beliau berkata; yang akan membentuknya seraya berkata; Ya Rabb, apakah dia laki-laki atau perempuan? Lalu Allah menjadikannya laki-laki atau perempuan. Kemudian malaikat itu berkata; Ya Rabb, apakah dia menyimpang ataukah tidak? Lalu Allah menetapkan dia menyimpang dan tidaknya. Lalu malaikat berkata; Ya Rabb, bagaimana rizkinya, ajalnya, akhlaknya? Kemudian Allah menetapkan dia bahagia atau celaka. (HR.Muslim).

حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يُحَدِّثُ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ   قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ النُّطْفَةَ تَكُونُ فِي الرَّحِمِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا عَلَى حَالِهَا لَا تَغَيَّرُ فَإِذَا مَضَتْ الْأَرْبَعُونَ صَارَتْ عَلَقَةً ثُمَّ مُضْغَةً كَذَلِكَ ثُمَّ عِظَامًا كَذَلِكَ فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُسَوِّيَ خَلْقَهُ بَعَثَ إِلَيْهَا مَلَكًا فَيَقُولُ الْمَلَكُ الَّذِي يَلِيهِ أَيْ رَبِّ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ أَقَصِيرٌ أَمْ طَوِيلٌ أَنَاقِصٌ أَمْ زَائِدٌ قُوتُهُ وَأَجَلُهُ أَصَحِيحٌ أَمْ سَقِيمٌ قَالَ فَيَكْتُبُ ذَلِكَ كُلَّهُ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَفِيمَ الْعَمَلُ إِذَنْ وَقَدْ فُرِغَ مِنْ هَذَا كُلِّهِ قَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ سَيُوَجَّهُ لِمَا خُلِقَ لَهُ
Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Husyaim telah memberitakan kepada kami Ali bin Zaid ia berkata; Aku mendengar Abu Ubaidah bin Abdullah menceritakan; ia berkata; Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya air mani berada di dalam rahim selama empat puluh hari tidak berubah, bila berjalan empat puluh hari akan berubah menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula kemudian menjadi kerangka tulang selama itu pula. Maka bila Allah berkehendak untuk menyempurnakan ciptaanNya, Dia mengutus malaikat kepadanya, lalu malaikat berikutnya bertanya: Wahai Rabb, apakah dia laki-laki atau perempuan? Apakah sengsara atau bahagia? Apakah pendek atau panjang? Apakah kurang atau tambah rizki dan ajalnya? Apakah sehat atau sakit?" Ia berkata; Lalu semua itu dicatat. Kemudian ada seorang laki-laki berkata; Kalau begitu untuk apa beramal kalau semua itu sudah selesai. Lalu beliau bersabda: "Beramallah, karena setiap orang akan diarahkan pada apa yang diciptakan untuknya."(HR.Ahmad).

Pada hadits diatas disebutkan bahwa air mani (nuthfah) itu disimpan dalam rahim, setelah 40 malam air mani tersebut menjadi segumpal darah, setelah 40 hari maka menjadi segumpal daging, setelah 40 hari maka menjadi tulang belulang Allah memerintahkan malaikat untuk menjadikannya laki-laki atau perempuan, kemudian ditetapkan rizkinya, ajalnya, akhlaknya, dan bahagia atau tidak.



4.    QS.Al-Anbiya :30
a.       Bunyi Ayat :
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ
Artinya ;
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman ?



 
b.      Tafsiran Ayat :
Ayat ini secara jelas memberikan pandangan Islam tentang asal usul kehidupan diatas bumi. Tidak ada keraguan sedikitpun juga bahwa kehidupan di atas bumi diciptakan dari air atas perintah Allah. Kemudian secara berangsur dan dalam proses waktu, berkembang menjadi bentuk dan rupa yang bermacam-macam sesuai dengan hukum Allah.[25]
Ahli astronomi menetapkan bahwa matahari adalah bola api yang berotasi selama jutaan tahun. Ditengah-tengah perjalanannya yang cepat, planet bumi dan planet-planet lain dari garis khatulistiwa matahari terpisah daripadanya dan menjauh. Demikian pula dengan air itu, Allah menumbuhkan dan menghidupkan setiap tumbuhan. Qatadah mengatakan : “Kami menciptakan setiap yang tumbuh dari air.” Sebagian kaum cendikia berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya diciptakan dari laut. Kemudian, setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu mempunyai karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis.[26]




















 




F.     Kesimpulan
1.      Biologi atau ilmu hayati adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, Bios ("hidup") dan Logos ("lambang", "ilmu"). Istilah "ilmu hayati" dipinjam dari bahasa Arab, juga berarti "ilmu kehidupan".  Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuatu yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan.
2.      QS. Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
a.       Unta adalah binatang yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga dan semua sifat ini tidak terdapat dalam binatang lain.
b.      Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di tengah panas terik di gurun sahara dengan tidak seberapa kali berhenti dan berjalan sepanjang ribuan kilometer, sehingga dia mendapat gelar atau julukan “Perahu Sahara”.
3.      QS. Al-Baqarah 222-223:
a.       Ayat tersebut juga menjelaskan tentang haid, yaitu suatu kotoran, karena darah haid adalah kotor dan najis, oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada umatnya agar mencucinya sedikit ataupun banyak.
b.      Wajibnya menjauhi wanita (istri) yang sedang haid, dan haramnya jima’ ketika haid (dan nifas) sebagaimana perintah Allah, “…Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh…”, dan yang dimaksud ‘menjauhi’ dalam ayat adalah ‘jima’’sebagaimana yang dijelaskan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Berbuatlah apa saja (yang kalian inginkan) kecuali jima’.” (HR. Muslim)
c.       Haramnya melakukan jima’ ketika selesai dari haid atau nifas sebelum ia mandi,  Disyariatkannya bagi seorang suami menggauli istrinya setelah ia suci dari haid. Sebagian Ulama ada yang mewajibkannya akan tetapi yang benar bahwa perintah ‘mencampurinya…’ dalam ayat tersebut menunjukkan diangkatnya larangan tersebut dan boleh melakukannya.
d.      Diperbolehkan bagi seorang suami mendatangi istrinya (jima’) dari arah mana saja (dari depan, belakang atau lainnya) akan tetapi disyaratkan harus pada tempatnya (kemaluannya; tempat jalan keluarnya anak).
e.       Dilarang keras (baca: haram) mendatangi istrinya diduburnya, sebagaimana hal itu di tegaskan pula oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barang siapa yang mendatangi istrinya (jima’) diduburnya maka Allah Ta’ala tidak akan melihatnya pada hari kiamat”.
4.    QS. Al-Mukminun : 12-15
            Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia di ciptakan berfase-fase, pertama manusia itu di ciptakan dari saripati tanah, yaitu Nabi Adam AS. Kemudian keturunannya diciptakan dari air mani (nuthfah), kemudian nuthfah itu disimpan dalam rahim, kemudian nuthfah itu menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian dijadikan tulang belulang, kemudian Allah menciptakannya dalam bentuk lain, yaitu manusia. Sedangkan dalam hadits disebutkan bahwa, air mani (nuthfah) itu disimpan dalam rahim, setelah 40 malam air mani tersebut menjadi segumpal darah, setelah 40 hari maka menjadi segumpal daging, setelah 40 hari maka menjadi tulang belulang Allah memerintahkan malaikat untuk menjadikannya laki-laki atau perempuan, kemudian ditetapkan rizkinya, ajalnya, akhlaknya, dan bahagia atau tidak.
5.    QS.Al-Anbiya : 30
            Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, kemudian setelah waktu yang panjang, hewan-hewan itu mempunyai karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis.


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Barik, Haya binti Mubarok. Ensiklopedi Wanita  Muslimah ,Jakarta: Darul falah, 1424.

Al-Maraghi. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 4 , Semarang: Toha Putra, 1999.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjamah Tafsir al-Maragi, Semarang: Toha Putra, 1993.

Arsyad, M. Natsir. Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah,  Bandung,Mizan, 1999, cet.1,.

Bakry, Oemar. Tafsir Rahmat, Jakarta: Mutiara, 1996.

Mattulada, A. Ilmu-Ilmu Kemasyaiaan (Humaniora) Tantangan, Harapan-harapan Dalam Pembangunan, Jakarta: UNHAS, 1991.

Shaleh, H.Q dan A. Dahlan. Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-qur’an, Bandung: Diponegoro, 2000.

Yunus, Mahmud. Tafsir Qur’an Karim, Jakarta: Hidakarya, 1993.

Rahman Afjalur, Al Qur`an Sumber Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1992).

Quraish Shihab M., Tafsir al-Misbah V.9, (Jakarta : Lentera Hati, 2002)

Bahreisy Salim, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, (Kuala Lumpur : Victory Agencie, 1994)

Hamka, Tafsir Al-Azhar juz xxx, (Surabaya : Yayasan Latimojong, 1982)


[1]M. Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah,  (Bandung : Mizan, 1999), cet.1, hlm. 40.
[2] Afjalur Rahman, Al Qur`an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm.165.
[3] Ibid,
[4] Ibid, hlm.166.
[5]M. Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah,  (Bandung,Mizan, 1989), cet.1, hlm. 30
[6]Ibid
[7]Ibid,
[8]Ibid,  
[9]A. Mattulada, Ilmu-Ilmu Kemasyaiaan (Humaniora) Tantangan, Harapan-harapan Dalam     Pembangunan, (Jakarta: UNHAS, 1991), hlm. 80.
[10]Ibid,  
[11]Ibid,
[12]H.Q Shaleh, dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-qur’an, (Bandung : Diponegoro, 2000), hlm. 310.
[13] Hamka, Tafsir Al-Azhar juz xxx, (Surabaya : Yayasan Latimojong, 1982)hlm.119-120.
[14] Ibid,
[15]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjamah Tafsir al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 151.
[16]H.Q. Shaleh dan A.A. Dahlan, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Alqur’an, (Bandung: Diponegoroe, 2000), hlm. 70. 
[17]Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: Hidakarya, 1973), hlm. 81-87. 
[18]Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: Mutiara, 1996), hlm. 935.
[19]Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi IV , (Semarang: Toha Putra, 1999), hlm. 375.
[20]Haya binti Mubarok al-Barik, Ensiklopedi Wanita  Muslimah ,(Jakarta: Darul falah, 1424 H), hlm. 131-132.
[21] Salim Bahreisy, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, (Kuala Lumpur : Victory Agencie, 1994), hlm.401.
[22] Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-maraghi, XVIII, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.11.
[23] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah V.9, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm.166.
[24] Ibid,
[25] Afjalur Rahman, Al Qur`an Sumber Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm.169.
[26] Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-maraghi, XVII, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.39-41.