Friday, 19 February 2016

Perkembangan Pendidikan Pada Anak (Perkembanagan Peserta Didik)

A.    Pendahuluan
Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian secara seksama.
Manusia telah diciptakan sebagai makhluk yang suka meniru sejak masa kanak-kanaknya. Anak kecil suka meniru ibu dan ayahnya, saudara perempuan dan saudara laki-lakiya, meniru teman dan pendidiknya dalam setiap perkataan dan perbuatan, gerak dan diamnya. Hal itu dapat disaksikan secara nyata.
Manusia yang telah dewasa pasti telah melewarti masa dimana pertumbuhan dan perkembangan sangat cepat. Yaitu masa anak-anak, masa bahagia dan masa bermain serta masa belajar banyak hal tentang apa yang dihadapkan kepadanya. Terlebih dengan pola pikir yang beraneka ragam disekitarnya. Orangtua pasti senang melihat perkembangan dan pertumbuhan anaknya semakin membaik.
Kita juga bisa memperhatikan anak yang duduk di SD, melalui penelitian kita akan bisa melihat dampak dari perkembangan IQ beberapa murid di dalam satu kelas. Melihat dari prestasi di kelas atau dengan mengadakan test. Perkembangan juga dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak.
Berkaitan dengan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas tentang beberapa masalah tentang studi anak, karena perlu kita mengetahui bagaimana menyesuaikan diri dengan anak/peserta didik dalam rangka terjadinya pendidikan yang efektif. Bukan berarti kita membahas di bidang akademik. Lebih spepsifiknya ialah diri/individu anak didik.



Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa sub judul/sub topik diantaranya:
1.    Apa yang dimaksud dengan studi anak?
2.    Apa saja pandangan tentang hakikat anak?
3.    Bagaimana perspektif sejarah mengenai studi anak?
4.    Apa tujuan dan manfaat mempelajari perkembangan anak?
5.    Bagaimana metodologi dalam penelitian terhadap anak?
Diharapkan kita bisa mengambil pelajaran, serta yang lebih penting bisa menjadi pengetahuan bagi tenaga-tenaga pendidik.




B.    Pembahasan
1.    Pengertian Studi Anak
Berbicara tentang studi sangat erat kaitannya dengan pendidikan, tetapi arti studi disini bukan dalam bidang itu. Yang dimaksud dengan studi ialah pembelajaran atau penelitian yang menjelaskan secara ringkas terhadap suatu kajian ilmiah dan sering bersifat interdisipliner (bersumber dari berbagai disiplin ilmu). Sedangkan anak dalam kacamata psikologi ialah waktu yang  paling baik dalam masa perkembangannya.
Jadi, Studi anak adalah studi yang mempelajari tentang karakter warisan dari keluarga, baik itu secara sosiologi, biologi, genetik, psikologi, antropologi dan yang lainnya.
2.    Beberapa pandangan tentang hakikat anak
Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang , tidak pernah kehabisan materi dan problematiknya. Telaahan tersebut akan selalu saja menarik bagi menusia yang mau mempelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan.
Apabila dikembalikan pada konsep dasar/hakikat keberadaan psikologi perkembangan yang merupakan ilmu pengetahuan terapan (applied-science), maka didalam mengamalkan serta menerapkan konsep-konsep psikologi perkembangan perlu disadari bahwa:
a.    Tidak ada seorang anak pun di dunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
b.    Konsepsi-konsepsi di dalam psikologi perkembangan bukanlah pembahasan mutlak atau pasti sifatnya.
c.    Konsepsi-konsepsi yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang berlaku bagi perkembangan kejiawaan anak pada umumnya.
3.    Studi anak menurut perspektif sejarah
Semenjak dalam kandungan, manusia mulai menjalani proses perkembangan. Para pakar studi perkembangan tertarik melihat perubahan yang terjadi sepanjang hidup manusia dan juga memahami karakteristik yang cenderung stabil. Sejak awal abad sembilan belas ketika Irad mempelajari Viktor, usaha untuk memahami perkembangan anak meningkat secara bertahap hingga mencakup seluruh rentang kehidupan
Perintis awal studi ilmiah perkembangan manusia adalah baby biographies, sebuah jurnal yang mencatat perkembangan awal anak. Salah satu edisi pertamanya yang dipublikasikan pada 1787 di Jerman, memuat observasi Dietrich Tiedmann (1897/1787) terhadap prilaku sensorik motorik, bahasa, dan kognitif pada 2 ½ tahun pertama. Kecenderungan spekulatif yang tipikal pada pengamatan seperti itu salah satunya dilakukan oleh Tiedman.
Adalah Charles Darwin, pencetus teori evolusi, yang pertama kali melihat bahwa perilaku bayi adalah sebuah proses perkembangan. Pada 1877, Darwin mempublikasikan catatannya tentang perkembangan sensoris, kognitif, dan emosi anaknya Doddy di dua belas bulan pertama kehidupannya.
Pada akhir abad kesembilan belas, terdapat beberapa tren di dunia barat yang membuka jalan bagi perkembangan manusia secara ilmiah. Para pakar telah membuka misteri kehamilan dan relativitas pentingnya peran “faktor keturunan” dan “lingkungan” (karakter bawaan dan pengaruh pengalaman). Penemuan kuman dan imunisasi memungkinkan semakin banyak bayi yang bertahan hidup. Hukum yang melindungi anak-anak dari waktu kerja yang terlalu lama memungkinkan mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah. Orang tua dan pendidikan juga menjadi lebih menaruh perhatian terhadap pengenalan dan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak. Cabang ilmu yang baru ini juga mengajarkan bahwa seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan mempelajari apa yang memngaruhi mereka ketika kecil. Akan tetapi, disiplin baru ini  tetap saja  harus berjuang keras. Contohnya saja, masa remaja tidak dianggap sebagai priode perkembangan tersendiri hingga awal abad dua puluh, yaitu ketika G. Stanley Hall(seorang perintis studi tentang anak) memublikasikan sebuah buku popular (walaupun tidak ilmiah) berjudul Adolescence (1904/1916).
4.    Tujuan dan manfaat mempelajari perkembangan anak
Dari pendapat Mussen, Kagan, dan Conger (1984), Hurlock (1980), Santrock (2007)  berkaitan dengan tujuan psikologi perkembangan, maka tujuan mempelajari perkembanagn anak adalah :
1.    Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan tingkatan umur atau tahap perkembangannya, baik yang terjadi secara umum (universal) maupun yang khas pada individu tertentu. Misalnya pada umumnya bayi berumur 2-3 bulan akan tersenyum bila melihat wajah, bayi usia tiga bulan pada mumnya sudah bisa telungkup, dan pada usia satu tahun sudah dapat berjalan.
2.    Mengetahui adanya perbedaan-perbedaan perkembangan anak pada tahapan perkembangan tertentu. Misalnya, bayi delapan bulan ada yang menangis apabila ditinggal ibu tetapi bayi yang lain tidak.
3.    Megetahui faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan aspek-aspek tertentu sesuai dengan peariode perkembangannya. Misalnya, bagaimana pengaruh lingakungan pada perkembangan  bicara anak, apakah orang tua yang suka memukul maka anaknya cendrung akan suka memukul juga.
4.    Mengetahui mengapa dan bagaimana anak mengalami hambatan pekembangan/penyimpangan tingkah laku seperti kenakalan, kelainan dalam fungsionalitas inteleknya dan lain-lain.
Pengetahuan tentang hal-hal diatas dapat dimanfaatkan sebagai dasar/landasan untuk:
1.    Memiliki gambaran tentang proses perubahan/perkembangan anak sejak pembuahan. Dengan demikian dapat dilakukan upaya-upaya perseveratif, yaitu menunjukkan perkembangan saat ini dan selanjutnya, serta uppaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
2.    Memperlakukan anak (melaui sikap, repons, stimulasi, terapi yang diberikan) secara lebih tepat sesuai dengan taraf perkembangan yang dicapai anak. Menerapkan prinsip individual differences (perbedaan individual), maka setiap anak harus mendapat perlakuan sesuai dengan kemampuannya.
3.    Melakukan upaya-upaya preventif agar tidak terjadi hambatan dalam perkembangan anak. Karena hal-hal tertentu, perkembangan seorang anak dapat berjalan tidak sesuai dengan pola-pola perkembangan pada umumnya.
4.    Melakukan upaya-upaya yang penting bagi optimasi perkembangan anak sesuai dengan taraf perkembangan yang harus dicapainya.

5.    Metodologi penelitian anak
Dalam meneliti anak dibutuhkan metodologi yang benar. Ada beberapa metodologi dalam penelitian anak, diantaranya:
1)    Metode Pengumpulan data
Apakah kita tertarik mempelajari kelekatan bayi, keterampilan anak-anak, atau perubahan pada masa puber remaja, kita dapat memilih dari beberapa cara pengumpulan data. Disini kita menekankan pada pengukuran yang sering digunakan, dimulai dari pengamatan.
a)    Pengamatan
Pengamatan inilah memerlukan sekelompok penting keterampilan. Jika kita bukan pengamat yang terlatih dan tidak melatih keterampilan kita secara rutin, kita tidak akan tahu apa yang harus dicari, kita tidak akan mengingat apa yang kita lihat, kita tidak akan menyadari bahwa yang kita cari berubah dari waktu ke waktu, dan kita tidak akan mengkomunikasikan pengamatan kita secara efektif.
Agar dapat efektf, pengamatan harus sistemstis. Kita harus mengetahui apa yang kita cari. Kita harus tahu apa yang kita amati, kapan dan dimana kita akan mengamati, dan bagaimana pengamatan tersebut dilakukan. Dalam bentuk apa pengamatan tersebut akan direkam: Dalam tulisan? Dalam kaset rekaman? Video? Dimana kita harus melakukan pengamatan kita? Kita mempunyai dua pilihan: laboratorium, yang merupakan lingkungan terkontrol dengan banyak faktor kompleks dari “dunia nyata” yang dihilangkan, dan juga dunia sehari-hari.
b)    Survei dan Wawancara
Survei dan wawancara dapat digunakan untuk mempelajari berbagai macam topik dari sikap pengasuhan anak hingga persepsi teman mengenai apakah seseorang menggunakan obat-obatan. Survey dan wawancara dapat dilakukan secara pribadi, melalui telepon, atau internet.
c)    Tes yang Terstandardisasi
Ini dilakukan dengan pengumpulan dari beberapa hasil yang diteliti dan membuat standar untuk penelitian. Menurut telaah saya dapat dikatakan sebagai pembuatan tingkantan yang telah memiliki standar atau menjadi standar yang baru. Atau mirip dengan prosedur administrasi dan scoring.
d)    Pengukuran Psikofisiologis
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur fungsi system saraf pusat, system saraf otonomi, dan sistem endoktrin.
e)    Studi kasus
Adalah pengamatan mendalam pada individu tunggal. Studi kasus biasanya dilakukan oleh profesional di bidng kesehatan mental ketika, baik untuk alasan praktis atu etis, aspek unik dari kehidupan individu tidak dapat di duplikasi dan di uji pada individu lain.
2)    Rancangan penelitian
Rancangan penelitan ada tiga jenis penelitian, yaitu:
a)    Penelitian Deskriftif, yang bertujuan untuk mengamati dan merekam prilaku
b)    Penelitian Korelasional, yaitu penelitian yang menghasilkan analisis secara statistik dan menggambarkan tingkat hubungan antara dua variable.
c)    Penelitian Eksperimental, yaitu penelitian untuk mempelajari kausalitas (sebab-akibat)
d)    Penelitian Non-eksperimental
Suatu eksperimen yang dimaksudkan untuk membuat setinggi mungkin nilai objektif data yang diperoleh. Seorang peneliti tidak selalu berhasil untuk mengontrol situasinya. Meskipun begitu ia mampu untuk melakukan pengamatan yang dipandang dari segi teoritis maupun praktis cukup mampu.
3)   Rentang waktu
Ada satu maslah yang menjanggal peneliti dalam melaksanakan penelitian. Sering kali, mereka ingin berfokus pada hubungan usia dan beberapa variabel lain. Rentang waktu investigasi penelitan merupakan kepedulian khusus bagi mereka. Peneliti dapat mempelajari individu yang berbeda-beda dengan usia yang berbeda  dan membandingkan mereka atau dapat mempelajari individu yang sama seiring dengan bertambahnya umur mereka.
a) Pendekatan lintas bagian (cross-sectional approach), merupakan strategi penelitian dimana individu yang berbeda-beda usianya dibandingkan dalam satu waktu.
b) Pendekatan Longitudinal, merupakan strategi penelitian dimana individu yang sama dipelajari selama waktu tertentu, biasanya beberapa tahun atau lebih.


C.    Penutup
Dari semua penjelasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan diantaranya:
    Studi anak adalah studi yang mempelajari tentang karakter warisan dari keluarga, baik itu secara sosiologi, biologi, genetik, psikologi, antropologi dan yang lainnya.
    Pandangan tentang hakikat anak:
1.    Tidak ada seorang anak pun di dunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
2.    Konsepsi-konsepsi di dalam psikologi perkembangan bukanlah pembahasan mutlak atau pasti sifatnya.
3.    Konsepsi-konsepsi yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang berlaku bagi perkembangan kejiawaan anak pada umumnya.
    Menurut perspektif sejarah anak merupakan objek yang paling tepat untuk meneliti pertumbuhan dan perkembangan manusia.
    Tujuan mempelajari perkembangan anak yaitu:
1.    Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan tingkatan umur atau tahap perkembangannya, baik yang terjadi secara umum (universal) maupun yang khas pada individu tertentu.
2.    Mengetahui adanya perbedaan-perbedaan perkembangan anak pada tahapan perkembangan tertentu.
3.    Megetahui faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan aspek-aspek tertentu sesuai dengan peariode perkembangannya.
4.    Mengetahui mengapa dan bagaimana anak mengalami hambatan pekembangan/penyimpangan tingkah laku seperti kenakalan, kelainan dalam fungsionalitas inteleknya dan lain-lain.
    Adapun manfaatnya ialah untuk:
1.    Memiliki gambaran tentang proses perubahan/perkembangan anak sejak pembuahan.
2.    Memperlakukan anak (melaui sikap, repons, stimulasi, terapi yang diberikan) secara lebih tepat sesuai dengan taraf perkembangan yang dicapai anak.
3.    Melakukan upaya-upaya preventif agar tidak terjadi hambatan dalam perkembangan anak.
4.    Melakukan upaya-upaya yang penting bagi optimasi perkembangan anak sesuai dengan taraf perkembangan yang harus dicapainya.
    Metodologi penelitian anak ialah:
1.    Metode Pengumpulan data
2.    Rancangan Penelitian
3.    Rentang Waktu Penelitian



Daftar Bacaan
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Soetjiningsih, Chirstina Hari. Seri Psikologi Perkembangan: Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada. 2012.
Papalia, Danie E. et all. Human Develoment: Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. 2010.
Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 2007.
Monks, F.J. dan A.M.P. Knoers. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002.
Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
Bayannuni, Ahmad Izzudin Al. Pendidikan Anak Menurut Islam. Jakarta: Pustaka Amani. 1987.