BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi-studi
agama dewasa ini mengalami perubahan orientasi yang jauh berbeda jika
dibandingkan dengan kajian-kajian agama sebelum abad ke-19. Umumnya pengkajian
agama sebelum abad ke-19 memiliki beberapa karakteristik yang antara lain,
sinkritisme, penemuan arca baru, dan untuk kepentingan misionari dipicu oleh
semangat dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga orientasi dan metodologi
studi islam mengalami perubahan.
Adapun
studi islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan studi ini,
pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal perbuatan
kepada allah swt. Diketahui pula bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak
dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai
pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama ini islam banyak
dipahami dari segi teologis dan normative.[1]
Dalam studi islam yang secara normativ tentunya akan mengaitkan mengenai
ayat-ayat yang berkaitan dan hadis yang berhubungan dengan aqidah, ibadah dan
akhlak. Dalam Islam terdapat ajaran tentang krama yang begitu baik. Meskipun
ada yang membedakan antara akhlak dengan moral. Perbedaannya, antara lain dalam
sumber atu rujukan ; akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis, sedangkan
moral tidak bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tata krama dan tuntunan
bertingkah terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di samping itu, ia tercermin
dalam tujuan Nabi Muhammad Saw diutus menjadi Nabi dan Rasul.[2]
Ayat Al-Qur’an dan Hadis banyak menyebutkan masalah akhlak dan etika dan
nilainya dalam islam dan beragama secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan
syariat Islam. Pembahasan mengenai normatif adalah menggunakan tafsir maudhui
yakni menjelaskan ayat-ayat maupun hadis-hadis yang berkaitan. Akhlak dan moral
maupun etika adalah satu komponen yang penting bagi manusia.
B. Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah defenisi Akhlak, Moral dan
Etika?
2)
Bagaimanakah ruang lingkup akhlak ?
3)
Bagaimanakah ayat Al-Qur’an dan
Al-Hadis menjelaskan Akhlak ?
4)
Bagaimanakah Urgensi Akhlak terhadap
kehidupan dalam Al-Quran dan Hadis ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai bahan untuk menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi yang membacanya. Makalah sederhana adalah
sebagai bahan perbaikan dari makalah pertama yang harus diperbaiki dalam mata
kuliah Metode Studi Islam yang bertemakan Nilai-nilai Moral keagamaan
(keislaman) studi normatif sesuai dengan ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi
sumber ajaran pertama dalam Islam.
Makalah yang
sudah diperbaiki ini pasti masih banyak kekurangan dan kejanggalan baik dalam
hal penulisan dan isi. Mungkin inilah segala daya dan upaya yang telah penulis
kerahkan sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Setidaknya masih banyak
kekurangan dan kejanggalan. Kami sangat mengharapkan kepada dosen pembimbing
kami agar memeberikan masukan dan saran yang sangat mendalam mengenai makalah
yang telah kami perbaiki ini.
Makalah ini
mudah-mudahan dapat menjadi sumber acuan dalam perbaikan kearah yang lebih baik
lagi. Tentunya masih banyak kekurangan yang kami sajikan, tentunya mari
sama-sama kita berserah diri kepada Allah agar selalu diberikan olehnya ilmu
yang luas dan wawasan yang berpijar bagaikan cahaya diterang benderang yang
akan selalu menyinari. Dan kami juga sangat mengaharapkan kepada Bapak dosen
pembimbing kami kiranya dapat memeprtimbangkan makalah yang telah kami buat
ini.
Tujuan akhir
dari makalah ini adalah sebagai kelengkapan tugas dan tambahan dari mata kuliah
Metode Studi Islam sebagai bahan perbaikan dan kesungguhan dalam
menyebarluaskan pengetahuan yang berintregasikan ajaran islam yang kongkrit dan
sebenar-benar ajarang yakni agama Islam. Semoga kami ucapkan kepada para
pembaca makalah ini berguna dan kiranya menjadi pengetahuan bagi kita bersama
dan sebagai penyebarluasan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi Akhlak, Moral, dan Etika
Perkataan
“Akhlak” berasal dari bahasa Arab خلق-يخلق-خلق
dari bentuk jama’ “ Khuluqun” خلق yang mempunyai arti
dan diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[3]
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “ Khalqun” خلق yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan kata bahasa Arab “ Khaliq” خا لق
yang bermakna pencipta, dan “Makhluq” مخلوق
yang ,,menciptakan.[4]
Perumusan
pengertian Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik
antara Khaliq dengan Makhluq dan antara makhluq dengan makhluq. Perkataan
akhlak yang bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an :
Artinya: dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S al-Qalam : 4)
Artinya: dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S al-Qalam : 4)
Adapun pendapat para ahli sepanjang terminologi yang
dikemukakan oleh para Ulama’ adalah “ Ilmu yang menentukan atau pengetahuan
mengenai dan menentukan batas anatara baik dan buruk, antara yang terpuji dan
yang tercela, tentang perkataan, perbuatan manusia lahir dan batin.”[5]
Dan juga Akhlak adalah yang memberikan pegertian tentang baik dan buruk, ilmu
yang mengajarkan pergaulan dan tata krama manusia dan menyatakan tujuan mereka
yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.[6]
Akhlak ialah menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Perkataan “Moral” berasal dari bahasa latin “ mores”[7]
kata jama’ dari “mos” yang berarti adat dan kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral
ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum
diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan teretentu. Dengan
demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula
perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih
banyak bersifat praktis.[8]
Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang laku
perbuatan manusia secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan
ukuran itu. Pengarang Abul A’la Maududi mengemukakan adanya moral Islam dalam
bukunya “ Ethical Viewpoint of Islam dan memberikan garis tegs antara moral
sekuler dan moral Islam. Moral sekuler bersumber dari pikiran dan prasangka
manusia yang beraneka ragam. Sedangkan moral Islam bersandar kepada bimbingan
dan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan juga dalam Al-Hadis dan para Ijma’
Ulama.[9]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata moral
artinya adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, budi pekerti, dan akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang layak dikatakan benar, atau salah, baik dan buruk. Dimasukkan
dalam pernilaian benar atau salah kedalam moral dengan akhlak, sebab salah
benar adalah pernilaian dipandang dari sudut hukum yang didalam agama islam
tidak dapat diceraipisahkan dengan akhlak.[10]
Dalam Ensiklopedia Pendidikan karya dari Sugarda
Poerbakwatja menyebutkan, sesuai makna aslinya dalam bahasa Latin (mos),
adat istiadat menjadi dasar untuk menentukan apakah perbuatan seseorang baik
atau buruk.[11] Oleh
karena itu untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk, dapat dilihat
apakah perbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima kesatuan sosial
atau lingkungan.
Perkataan Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos[12]
yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik dab buruk. Dalam
perpustakaan umumnya etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, misalnya adalah ilmu tentang baik dan buruk dan tentang
apa yang dianggap dan dianggap buruk dan tentang hak dan kewajiban moral dan
akhlak. Di dalam Ensiklopedia Pendidikan tersebut di atas diterangkan bahwa
etika merupakan pengetahuan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari
nilai-nilai, etika itu sendiri. Sebagai cabang filsafat yang memepelajari
tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik dan buruk, ukuran
yang dapat dijadikan sebagai
jalan untuk mendapat nilai yang baik. Maka etika bertolak belakang dari akal
pikiran, tidak dari Agama. Disinilah letak perbedaannya dengan akhlak dalam
pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu akhlak ialah suatu ilmu
pengetahunan yang mengajarkan mana yang baik dan yang buruk.
Akhlak berdasarkan ajaran Allah dan RasulNya, ajaran
etika Islam sesuai dengan fitrah dan akal pikiran yang lurus.[13]
Maka dari itu etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia
kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral ukuran baik dan buruknya
perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah swt yakni Al-Qur’an dan ajaran Rasul
Al-Hadis.[14]
Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat
diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu, zaman dan tempat. Dengan
ajaran-ajaran yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran
manusia (manusiawi), maka Etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh
manusia. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak
yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk
Allah swt, menuju keridhaan Nya. Dengan melaksanakan Etika Islam niscaya akan
selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan
menyesatkan.[15]
2. Ruang Lingkup Akhlak
Persoalan
“Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n dan
Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi
informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus
bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji
atau tercela, benar atau salah.[16]
Kita telah
mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang
berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya
yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.Memang sbagaimana
disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi atas moral yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang
sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari
sumber-sumber sekuler.
Ruang lingkup
akhlak ialah sebagai butir-butir akhlak dalam al-Qur’an dan Hadis bertebaran
dari gugusan bintang-bintang di langit. Maka ruang ligkup akhlak yang
dikemukakan oleh pakar-pakar agama adalah :
a.
Akhlak terhadap
Allah ( Khalik)
Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firmanNya dalam al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan
kehidupan. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi laranganNya. Berusaha
mengaharapkan memeperoleh keridhoanNya dimanapun berada. Mensyukuri nikmat dan
karunia Allah, menerima dengan ikhlas semua kada dan qadar Ilahi setelah
berikhtiar semaksimal ( sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi. Memohon
ampun hanya kepada Allah, dan bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling
tinggi adalah Taubat Nasuha yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi
melakukan perbauatan yang sama dilarang Allah. Dan tertib melaksanakan ibadah
kepada Allah.[17]
b.
Akhlak terhadap
Makhluk
Akhlak terhadap manusia dibagi kepada
dua yakni : 1. Akhlak kepada manusia dan 2. Akhlak kepada Rasul (Nabi Muhammad),
antara lain mencintai rasul secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, dan
menjadikan Rasul sebagai idola. Dan menjadikan rasul sebagai suri tauladan yang
baik dan kehidupan sehari-hari, menjalankan segala yang disuruhnya, tidak
melakukan yang dilarangnya.
Kemudian akhlak kepada orang tua,
antara lain mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya dan
merendahkan diri kepada kerabat lainnya. Dan merendahkan diri kepada keduanya
diiringi persaan kasih sayang. Berkomunikasi dengan orang tua dengan penuh
khidmat, mempergunakan kata-kata yang lembut, dan berbuat baik kepada ibu dan
bapak.[18]
Dan mendoakan keduanya dengan keselamatan ampunan, dan Akhlak kepada diri
sendiri, antara lain memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur, ikhlas,
sabar, dan malu melakukan perbuatan jahat.
c.
Akhlak terhadap
Tetangga
Akhlak terhadap tetangga antara lain
adalah memlihara hubungan tali silaturahmi yang dibina oleh orangtua, saling
mengunjungi, saling membantu di waktu senang lebih-lebih dikala suka dan duka,
dan saling memberi, dan saling hormat menghormati, kemudian menghindarkan dari
pertengkaran dan permusuhan.[19]
d.
Akhlak terhadap
Masyarakat
Akhlak terhadap masyarakat antara lain
adalah memuliakan tamu dan menghormati nilai agama yang berlaku di
masyarakat yang bersangkutan, saling
tolong menolong dalam kebajikan dan takwa, dan menganjurkan anggota masyarakat
termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain
melakukan perbuatan jahat (mungkar) memberi fakir miskin dan berusaha
melapangkan kehidupan orang lain. Bermusyawarah dalam urusan.[20]
e.
Akhlak terhadap
Bukan Manusia (Lingkungan)
Akhlak terhadap lingkungan merupakan sesuatu
cermin yang akan memebawa kita pada kebahagiaan , antara lain sadar akan
fungsinya sebagai khalifah dibumi ini, turut serta dalam memelihara dan
melestarikan lingkungan hidup. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani
dan nabati, fauna dan flora (hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan). Yang sengaja
diciptakan oleh Allah swt sebagai pengisi di bumi ini dan juga sebagai
penyempurna.[21]
Bahwa akhlak manusia terhadap
lingkungan sesungguhnya manusia tidak diperbolehkan melakukan kerusakan di muka
bumi Allah. Dalam surat Al-A’raf jelas Allah menjelaskan di dalam nya pada ayat
56 yang artinya : “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi
sesudah (Allah) memperbaikinya..”.[22]
Cegahan untuk melakukan kerusakan di
bumi mencakup berbagai kerusakan di alam ini adalah akibat perbuatan manusia.
Dalam surat al-Rum ayat 41 berfirman , “ Telah tampak kerusakan di darat dan
di laut, disebabkan karena tangan manusia”. Oleh karena itu, tugas orang
beriman adalah menjaga kelestarian lingkungan dan kesimbangan alam ini agar
tidak rusak.[23]
Keseimbangan alam wajib kita jaga agar
kita tidak terkena bencana. Salah satu tantangan modernitas dalam menjaga
kesimbangan alam adalah adanya ekploitasi alam yang berlebih-lebihan karena
tuntunan perkembangan penduduk, misalnya daerah perkotaan. Mendirikan
perumahan, pertanian ilegal yang posisinya dapat merusak alam. Karena itu
sebagai mukmin sejati harus menjaga dan melestarikan alam ciptaan Allah dan
akan menjadi manpaat bagi generasi Islam selanjutnya. Dan berburu secara liar
juga harus dihindarkan secara efektif agar alam ini terjaga.[24]
3. Akhlak dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis
Kata akhlak
dalam Al-Qur’an cukup banyak sekali disebutkan oleh Allah swt dikerenakan
sangat penting bagi kehidupan manusia. Akhlak adalah di defenisikan para
ahli adalah tabiat, perangai atau tingkah laku yang dilakukan dalam keadaan
sadar dan menghasilkan manfaat yang cukup besar. Kata akhlak berasal dari
bahasa Arab خلق-يخلق-خلق[25]
dan menjadi Isim Tafdil yang mendapatkan tambahan ا sehingga menjadi kata اخلاق
kata dari pada itu adalah tabiat atau tingkah laku. Dan persamaannya
dengan kata bahasa Arab ادب-يادب-اداب[26]
adalah sama-sama memiliki arti tabiat dan budi pekerti, maupun perangai. Namun
perbedaannya dari pada keduanya adalah dalam bahasa Arab beda timbangan dan
penggunaanya.
Akhlak memiliki
macam-macam dan tempatnya antara lain adalah :
a.
Akhlak Mahmudah adalah akhlak
yang terpuji dan dijadikan sebagai panutan dan pegangan. Contohnya adalah
induk-induknya adalah Hikmah, Syajaah, Iffah, dan Adalah.[27]
b.
Akhlak Majmumah adalah akhlak
atau perilaku yang tercela yang tidak perlu dicerna dan diamalkan. Contohnya adalah
Hubbundunya artinya adalah menganggap harta segala-galanya, menghalalkan segala
cara, kikir, dan tidak mau berbagi. Hasad adalah dengki, tidak suka orang lain
sukses, gembira orang lain sengsara, suka menghalangi orang lain. Ujub adalah
bangga diri, menganggap dirinya hebat, menganggap orang lain lemah, suka
memamerkan kehebatan, terlalu bangga diri. Riya adalah melakukan sesuatu tidak
ikhlas, suka pemer, tidak melakukan kebaikan jika tidak ada yang melihat.[28]
d.
Akhlak Khobihat adalah akhlak
yang jelek yang harus dijauhi seluruh umat Islam. Beberapa ibrahnya adalah
maksiat, berzina, meminum khamar, dan berjudi, munafiq. Maka daripada itu
akhlak yang harus menjadi panutan dari setiap kaum umat Islam adalah Akhlak
yang mahmudah dan Akhlak Hasan.
Dalam ayat Al-Qur’an Allah swt banyak menyebutkan bahwasanya Rasulullah
adalah suri tauladan yang baik dan patut dicontoh. Ayat-ayat Al-Qur’an salah
satunya adalah di dalam Surah Al-Ahzab ayat : 21
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Artinya “
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.”(Q.S Al-Ahzab :21)[30]
Dari ayat ini dapat dijelaskan bahwa Rasulullah adalah
bagus akhlak dan harus dicontoh oleh semua umatnya dan sebagai panutan dan
pengajaran. Didalam diri Rasulullah adalah perangai yang baik yang telah
diberikan oleh Allah swt. Sebab dari turunnya ayat inilah ketika Rasulullah
telah berhasil menyebarkan dakwah islamnya di Makkah dan Madinah.
Didalam ayat lain Allah swt berfirman mengenai akhlak dan
pentingnya akhlak bagi manusia, perkataan yang bersumber dari pada Al-Qur’an :
y7¯RÎ)ur 4’n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
Dari ayat ini adalah Nabi Muhammad adalah suri tauladan
juga dalam akhlaknya, Allah telah menjadikan baginya akhlaknya yang mulia dan
terpuji. Sesungguhnya Nabi Muhammad diutus juga sebagai penyempurna akhlak,
karena Nabi saw. Dari sebab turun ayat ini adalah rasul sebagai penyempurna
akhlak. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam Al-Qur’an terdapat juga
dalam Hadis yang memuat perkataan, tindakan, dan sikap rasul. Dan kerasulannya
yang beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, banyak membicarakan
mengenai akhlak. Akhlak merupakan hal yang paling penting dan berguna. Dari
berbagai sunnah qauliyah Rasul antaranya adalah, “ Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R Ahmad).[32]
Didalam Al-Qur’an Allah juga menegaskan pentingnya akhlak
yang baik dan aplikasnya dikehidupan umat manusia. Sebagai sumber moral atau
pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan kriteria baik dan buruknya sesuatu
perbuatan adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.[33]
Kedua dasar ini yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara
keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan yang mana baik dan mana yang
buruk.
Al-Qur’an bukanlah hanya sebagai renungan manusia,
melainkan Firman Allah Yang Maha Bijaksana.[34]
Oleh karena itu setiap Muslim berkeyakinan bahwa ajaran kebenaran terkandung di
dalam Kitabullah Al-Qur’an yang tidak akan dapat ditandingi oleh pikiran
manusia. Dikemukakan didalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# ô‰s% öNà2uä!$y_ $oYä9qß™u‘ ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ô‰s% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# Ö‘qçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7•B ÇÊÎÈ “ωôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ‘ Ÿ@ç7ß™ ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_Ì÷‚ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=—à9$# †n<Î) Í‘q–Y9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏ‰ôgtƒur 4’n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡•B ÇÊÏÈ
Artinya: “ Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu
sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan(15). dengan kitab Itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus(16).”(Q.S Al-Maidah : 15-16)[35]
Selain daripada pedoman untuk kebaikan akhlak Al-Qur’an
adalah sebagai pedoman utama dalam hidup umat manusia. Keterkaitan daripada
Al-Qur’an sebagai sumber akhlak yang pertama adalah kunci utama dalam meraih
kebahagiaan. Maka hadis salah satu pedoman kedua setelah Al-Qur’an sebagai
Sunnah Nabi juga dipandang sebagai lampiran penjelasan Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya
menjelaskan pokok-pokoknya saja hadis sebagai penjelasnya.
Al-Hadis sebagai pedoman dalam akhlak dan hidup Muslim
dijelaskan dalam Al-Qur’an :
!$¨B uä!$sùr& ª!$# 4’n?tã ¾Ï&Î!qß™u‘ ô`ÏB È@÷dr& 3“tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqß™§=Ï9ur “Ï%Î!ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# ö’s1 Ÿw tbqä3tƒ P's!rߊ tû÷üt/ Ïä!$uŠÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqß™§9$# çnrä‹ã‚sù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ
Artinya:” apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan
Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.”(Q.S Al-Hasyr : 7)[36]
Jika telah jelas bahwa Al-Qur’an dan Sunnah Rasul adalah
pedoman hidup sebagai tuntunan akhlak yang menjadi asas bagi setiap Muslim,
maka teranglah keduanya merupakan sumber moral dalam Islam. Firman Allah dan
Sunnah Nabi adalah ajaran yang paling mulia dalam pembentukan akhlak.[37]
Maka jelaslah ayat-ayat Al-Qur’an berkaitan sangat jelas
dengan Hadis (Sunnah Nabi). Asbabun Nujul ayat-ayat Akhlak adalah sejak Nabi
Muhammad berdakwah di Mekkah sampai kepada Madinah Mukarramah.[38]
Diantara akhlak yang terpuji dalam Hadis Nabi Muhammad saw adalah :
(AHMAD - 6215)
: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada
kami Al A'masy dari Syaqiq dari Masruq dari Abdullah bin Amru bin Ash
Sesungguhnya, Rasulullah SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM tidaklah keji dan tidak
pula pernah berkata-kata keji, dan beliau bersabda: "Orang-orang yang
paling baik diantara kalian adalah mereka yang akhlaknya paling
bagus."[39]
Dari hadis
diatas Imam Zarkasi menyatakan bahwa orang-orang yang paling baik adalah yang
paling baik akhlaknya disisi Allah dan disisi manusia. Hikmah yang didapat
adalah menyelamatkan Muslim lain dari kejahatan. Dan didalam Hadis lain tentang
akhlak berkaitan dengan firman Allah dalam Surah Al-Ahzab dan Al-Qalam yakni :
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ
حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي شَقِيقٌ عَنْ مَسْرُوقٍ
قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَا
إِذْ قَالَ لَمْ
يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا
وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
(BUKHARI -
5575) : Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan
kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dia berkata; telah
menceritakan kepadaku Syaqiq dari Masruq dia berkata; "Kami pernah duduk-duduk
sambil berbincang-bincang bersama Abdullah bin 'Amru, tiba-tiba dia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berbuat keji dan
tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya
sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya."[40]
Dalam Al-Qur’an juga dikaitkan
dengan baiknya akhlaknya bagusnya akhlak
yang berkaitan dengan sehingga menjadi etika dan moral. Allah swt telah
menjelaskan tentang bagusnya akhlak dalam Islam dan kesucian jiwa dalam beribadah.
!$¯RÎ) Nßg»oYóÁn=÷zr& 7p|ÁÏ9$sƒ¿2 “tò2ÏŒ Í‘#¤$!$# ÇÍÏÈ
Artinya : “
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang Tinggi Yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat.”(Q.S Shaad : 46)[41]
Dari ayat ini Ibnu Katsir
menafsirkan bahwa Allah telah menganugrahi manusia akhlak yang baik dan
setinggi akhlak. Jika seseorang itu beriman dan bertaqwa kepada Allah. Akhlak
yang setinggi-tingginya berasal dari hati.[42]
4. Urgensi Akhlak dalam kehidupan dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadis
Persamaan dari pada antara Akhlak, Etika, dan Moral adalah Etika berasal
dari bahasa Yunani ethicos, atau ethos, yang artinya karakter,
kebiasaan, watak, dan sifat.[43]
Sedang secara istilah etika adalah ilmu penngetahuan yang menetapkan
ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan.[44]
Sedangkan moral berasal dari bahasa latin Mores[45]
yang artinya mengenai kesusilaan. Secara istilah moral adalah ajaran tentang
baik dan buruk yang diterima secara umum. Sedangkan budi pekerti berarti
tabiat, akhlak, dan watak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara
akhlak, etika, dan moral memiliki persamaan, yaitu berbentuk perilaku yang
sifatnya netral. Misalnya ada orang yang berbuat buruk, maka tidak tepat jika
dikatakan bahwa orang tersebut tidak mempunyai akhlak. Sebab akhlak itu sendiri
adalah perilaku, orang yang sudah berperilaku, namun berperilaku yang buruk. Akan
tetapi, tepat kalau dikatakan bahwa orang tersebut berakhlak tercela.[46]
Oleh karena
itu, semuanya tergantung kepada setiap orang atau individu. Jika watak.
Karakter, kebiasaan, dan tabiat mengarah kepada hal-hal yang baik, maka ia akan
menjadi akhlak terpuji. Sebaliknya, jika semua itu diarahkan kepada hal-hal
yang jelek, maka ia akan menjadi akhlak yang tercela. Karena itu, pembinaan
akhlak sama dengan pembinaan perilaku.[47]
Urgensi akhlak
dan manfaatnya bagi kehidupan sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadis, karena sangat pentingnya akhlak bagi manusia. Makarimul
akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang bermakna satu ungkapan
yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang tampak dalam budi
pekerti dan pergaulannya. Akhlak yang mulia ini adalah tonggak keutuhan dan
kejayaan satu umat, sebagaimana disampaikan oleh seorang penyair yang bernama
Ahmad Syauqiy dalam pernyataannya: “Umat itu tergantung akhlak yang tersisa
padanya, jika akhlak tersebut lenyap maka lenyaplah mereka.”[48]
Dan akhlak
sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Akhlak
mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak
mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’ala dalam jiwa
manusia. Jika
jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak diragukan dia akan
mengagungkan syiar-syiar Allah dan dan tegaknya manhaj agama. Sebagaimana
Firman Allah swt dalam Surah Al-Hajj ayat 32 :
y7Ï9ºsŒ `tBur öNÏjàyèムuŽÈµ¯»yèx© «!$# $yg¯RÎ*sù `ÏB ”uqø)s? É>qè=à)ø9$# ÇÌËÈ
Artinya :
“Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar
Allah[990], Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.”(Q.S Al-Hajj :
32)[49]
Akhlak mulia menjadi salah satu
rukun ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam sehingga sudah
semestinya diwujudkan dalam jiwa seorang muslim. Oleh karena itulah para Rasul
senantiasa mengajak kaumnya untuk mewujudkan akhlak yang mulia. Jelaslah dakwah
mereka mengajak manusia bertakwa kepada Allah, dan ketakwaan adalah sumber
utama akhlak mulia, darinyalah mengalir kemulian akhlak dalam kehidupan seorang
mukmin. Dengan
demikian akhlak mulia adalah ketakwaan yang dapat dilihat seorang mukmin
sebagai satu kebaikan dan barokah bagi masyarakat.
Hal ini dikuatkan dengan hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wassalam diatas. Dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam
menjelaskan salah satu tugas penting beliau adalah mengokohkan pondasi dasar akhlak
mulia, menyempurnakan dan menjelaskan ketinggiannya. Bukankah hal ini
menunjukkan peran penting akhlak dalam membangun kejayaan kaum muslimin. Untuk
lebih jelasnya marilah kita melihat tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam yang telah Allah tetapkan dalam beberapa ayat dibawah ini:
!$yJx. $uZù=y™ö‘r& öNà6‹Ïù Zwqß™u‘ öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3ø‹n=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.t“ãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya : “
sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”(Q.S Al-Baqarah :151)[50]
Akhlak yang mulia yang diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sangat lengkap dan bersumber
dari wahyu. Akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada makhluknya.
Akhlak kepada Allah yang meliputi keimanan dan tauhid serta beribadah kepadaNya
tanpa berbuat syirik dan maksiat sedikitpun dan berakhlak dalam berhubungan
sesama makhluk Allah dalam pergaulan pribadi atau masyarakat.
Kemudian
daripada itu sebagai faedah dari pada sunnah Nabi yaitu Al-Hadis adalah Islam adalah
agama yang menghilangkan kebatilan dan mengokohkan kebenaran. Dengan demikian jelaslah slogan yang
menyatakan Islam adalah revolusi atau revolusi islam adalah kebatilan, karena
revolusi mesti ditandai dengan penghancuran baik yang benar atau yang salah..
Lalu Allah utus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam untuk
menyempurnakan kemuliaan dan keindahan akhlak. Akhlak yang mulia memiliki kedudukan
dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam. Akhlak yang mulia
merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penulisan
makalah ini yang bertemakan nilai-nilai moral keagamaan secara normativitas
maka dapat ditarik kesimpulan. Bahwa Perkataan “Akhlak” berasal dari bahasa
Arab خلق-يخلق-خلق dari bentuk jama’ “
Khuluqun” خلق yang mempunyai arti
dan diartikan sebagai budi pekerti, perangai, dan tabiat. Perkataan
“Moral” berasal dari bahasa latin “ mores” kata jama’ dari “mos”
yang berarti adat dan kebiasaan. Perkataan Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos
yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik dab buruk.
Ruang lingkup
Akhlak adalah sebagai sendi-sendi kehidupan dan sangat penting dalam kehidupan
manusia antara lain adalah mencakup :
1. Akhlak terhadap Khalik (Allah).
2. Akhlak terhadap Makhluk (Manusia).
3. Akhlak terhadap Masyarakat.
4. Akhlak terhadap Tetangga.
5. Akhlak terhadap Lingkungan.
Al-Qur’an
menjelaskan tentang akhlak dan Al-Hadis juga menjelaskan sebagai berikut :
dalam Surah Al-Qalam : 4
y7¯RÎ)ur 4’n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
Artinya : “ dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Betapa
pentingnya akhlak bagi manusia karena banyaknya Allah menyebutkan dalam
Al-Qur’an. Urgensi akhlak dan manfaatnya bagi kehidupan sangat banyak
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, karena sangat pentingnya akhlak bagi
manusia. Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang
bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang
tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya.
Oleh karena itu
akhlak sangatlah penting bagi manusia dan kehidupan manusia didunia ini hingga
menuju alam akhirat. Dari banyak contoh yang telah dicontohkan oleh Nabi saw
sebagai suri tauladan yang akhlak beliau yang kita contoh dalam kehidupan kita
sehari-hari. Akhlak
mulia menjadi salah satu rukun ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam
sehingga sudah semestinya diwujudkan dalam jiwa seorang muslim.
Akhlak yang mulia yang diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sangat lengkap dan bersumber
dari wahyu. Akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada makhluknya.
Akhlak kepada Allah yang meliputi keimanan dan tauhid serta beribadah kepadaNya
tanpa berbuat syirik dan maksiat sedikitpun dan berakhlak dalam berhubungan
sesama makhluk Allah dalam pergaulan pribadi atau masyarakat. Inilah inti
ajaran islam yang dibawa para rasul.
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan
dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam Akhlak yang mulia
merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat. Akhlak yang mulia merupakan
salah satu rukun dakwah para Rasul. Akhlak yang mulia meliputi akhlak
terhadap Allah dan makhluknya. Akhlak merupakan bagian yang penting dari sendi Islam
dan Syariat Islam mengharuskan umatnya berakhlak mulia.
B. Saran
Demikanlah
hasil dari makalah perbaikan yang dapat kami hasilkan, kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kejanggalan dari pada penulisan. Kami menyadari banyaknya
kesulitan ketika mengerjakan makalah ini dan kami sangat berharap bapak dosen
pembimbing dapat menerimanya. Dan kami juga berharap sebesar-besarnya makalah
sederhana ini dapat menjadi ilmu dan wawasan bagi kita bersama tentang
pentingnya akhlak bagi kehidupan kita didunia ini. Dan kiranya makalah ini
dapat merubah tonggak akhlak bagi kehidupan mita bersama. Kami menyadari masih
banyaknya kekurangan maka dari itu kami harapkan masukan dan saran yang dapat
membangun dari dosen pembimbing kami, kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Nata Abuddin, Metode Studi Islam, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1998)
Abd. Hakim Atang, Mubarak Jaih, Juanda Cucu, Metodologi
Studi Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001)
Boediono, Kamus 3 Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia,
(Jakarta : Bintang Indonesia, 2004)
H. Ya’qub Hamzah, Etika Islam, (Bandung :
Diponegoro, 1983)
Amin Ahmad, Akhlak wal Al-I’tiqodi, (Jakarta :
Indah Press, 2001)
Subki Ali, Kumpulan kata-kata Asing Yunani, Persia,
dan Latin, (Tangerang : Cipta Agung Perkasa, 2007)
Ali Daud Muhammad, Dirasah Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000)
Qahar Baharuddin, Akhlak Islami, (Padang : Karya
Utama Bina Kitab, 2001)
Musthafa Ali, Kamus Bahasa Arab lengkap dan
terjemahannya, (Jakarta : Utama Abadi Indah, 2000)
Zaid Abdurrahman, Akidah dan Akhlak, (Karawang :
Gema Widuri Sindo, 1999)
Imam Ahmad, Kumpulan Hadis Shahih, (Kairo : Beirut
Multazam, 1998)
Abduh Muhammad, Karakteristik Akhlak dalam Islam,
(Surabaya : Cipta Karya Anugrah, 1999)
Lidwa Pusaka, Kitab Sembilan Imam, ( H.R Ahmad No.
6215 dab H.R Bukhari No. 5575)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya,
(Diponegoro : Bina Insani, 2002)
Syauqiy Ahmad, Syair Fil Akhlaki, (Jakarta : Gema
Widuri, 2000)
Syam Nur, Akidah dan Akhlak Islami, (Jakarta :
Dirjen Pendidikan Islam, 2014)
[2] Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarok, Cucu Juanda, Metodologi
Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 199
[3] Boediono, Kamus 3 Bahasa Arab, Inggris dan
Indonesia, (Jakarta : Bintang Indonesia, 2004), hlm. 213
[7] Ali Subki, Kumpulan kata-kata asing,
Yunani, Persia, dan Latin, (Tangerang : Cipta Agung Perkasa, 2007),
hlm. 6
[10] Mohammad Daud Daud Ali, Dirasah Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 353
[25] Ali Musthafa, Kamus Bahasa Arab Lengkap dan
terjemahannya, (Jakarta : Utama Abadi Indah, 2000), hlm. 128
[33] Muhammad Abduh, Karateristik Akhlak dalam
Islam, (Surabaya : Cipta Persada Anugrah, 1999), hlm. 49
[44] Nur Syam, Akidah dan Akhlak Islami,
(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2014), hlm. 34
[48]Ahmad Syauqiy, Syair Fil Akhlaki, (Jakarta : Gema Widuri, 2000),
hlm. 2