Wednesday, 6 June 2018

Akhlak terhadap kehidupan dalam Al-Quran dan Hadis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Studi-studi agama dewasa ini mengalami perubahan orientasi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian agama sebelum abad ke-19. Umumnya pengkajian agama sebelum abad ke-19 memiliki beberapa karakteristik yang antara lain, sinkritisme, penemuan arca baru, dan untuk kepentingan misionari dipicu oleh semangat dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi islam mengalami perubahan.
Adapun studi islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal perbuatan kepada allah swt. Diketahui pula bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama ini islam banyak dipahami dari segi teologis dan normative.[1]
Dalam studi islam yang secara normativ tentunya akan mengaitkan mengenai ayat-ayat yang berkaitan dan hadis yang berhubungan dengan aqidah, ibadah dan akhlak. Dalam Islam terdapat ajaran tentang krama yang begitu baik. Meskipun ada yang membedakan antara akhlak dengan moral. Perbedaannya, antara lain dalam sumber atu rujukan ; akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis, sedangkan moral tidak bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tata krama dan tuntunan bertingkah terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di samping itu, ia tercermin dalam tujuan Nabi Muhammad Saw diutus menjadi Nabi dan Rasul.[2]
Ayat Al-Qur’an dan Hadis banyak menyebutkan masalah akhlak dan etika dan nilainya dalam islam dan beragama secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Pembahasan mengenai normatif adalah menggunakan tafsir maudhui yakni menjelaskan ayat-ayat maupun hadis-hadis yang berkaitan. Akhlak dan moral maupun etika adalah satu komponen yang penting bagi manusia.
B.     Rumusan Masalah
1)      Bagaimanakah defenisi Akhlak, Moral dan Etika?
2)      Bagaimanakah ruang lingkup akhlak ?
3)      Bagaimanakah ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis menjelaskan Akhlak ?
4)      Bagaimanakah Urgensi Akhlak terhadap kehidupan dalam Al-Quran dan Hadis ?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi yang membacanya. Makalah sederhana adalah sebagai bahan perbaikan dari makalah pertama yang harus diperbaiki dalam mata kuliah Metode Studi Islam yang bertemakan Nilai-nilai Moral keagamaan (keislaman) studi normatif sesuai dengan ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi sumber ajaran pertama dalam Islam.
Makalah yang sudah diperbaiki ini pasti masih banyak kekurangan dan kejanggalan baik dalam hal penulisan dan isi. Mungkin inilah segala daya dan upaya yang telah penulis kerahkan sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Setidaknya masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Kami sangat mengharapkan kepada dosen pembimbing kami agar memeberikan masukan dan saran yang sangat mendalam mengenai makalah yang telah kami perbaiki ini.
Makalah ini mudah-mudahan dapat menjadi sumber acuan dalam perbaikan kearah yang lebih baik lagi. Tentunya masih banyak kekurangan yang kami sajikan, tentunya mari sama-sama kita berserah diri kepada Allah agar selalu diberikan olehnya ilmu yang luas dan wawasan yang berpijar bagaikan cahaya diterang benderang yang akan selalu menyinari. Dan kami juga sangat mengaharapkan kepada Bapak dosen pembimbing kami kiranya dapat memeprtimbangkan makalah yang telah kami buat ini.
Tujuan akhir dari makalah ini adalah sebagai kelengkapan tugas dan tambahan dari mata kuliah Metode Studi Islam sebagai bahan perbaikan dan kesungguhan dalam menyebarluaskan pengetahuan yang berintregasikan ajaran islam yang kongkrit dan sebenar-benar ajarang yakni agama Islam. Semoga kami ucapkan kepada para pembaca makalah ini berguna dan kiranya menjadi pengetahuan bagi kita bersama dan sebagai penyebarluasan ilmu.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Defenisi Akhlak, Moral, dan Etika
Perkataan “Akhlak” berasal dari bahasa Arab خلق-يخلق-خلق dari bentuk jama’ “ Khuluqun” خلق yang mempunyai arti dan diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[3] Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “ Khalqun” خلق yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata bahasa Arab “ Khaliq” خا لق yang bermakna pencipta, dan “Makhluq” مخلوق yang ,,menciptakan.[4]
Perumusan pengertian Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan Makhluq dan antara makhluq dengan makhluq. Perkataan akhlak yang bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an :
 Artinya: dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S al-Qalam : 4)
Adapun pendapat para ahli sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh para Ulama’ adalah “ Ilmu yang menentukan atau pengetahuan mengenai dan menentukan batas anatara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan, perbuatan manusia lahir dan batin.”[5] Dan juga Akhlak adalah yang memberikan pegertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan dan tata krama manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.[6]
Akhlak ialah menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.


Perkataan “Moral” berasal dari bahasa latin “ mores[7] kata jama’ dari “mos” yang berarti adat dan kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan teretentu. Dengan demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.[8]
Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang laku perbuatan manusia secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Pengarang Abul A’la Maududi mengemukakan adanya moral Islam dalam bukunya “ Ethical Viewpoint of Islam dan memberikan garis tegs antara moral sekuler dan moral Islam. Moral sekuler bersumber dari pikiran dan prasangka manusia yang beraneka ragam. Sedangkan moral Islam bersandar kepada bimbingan dan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan juga dalam Al-Hadis dan para Ijma’ Ulama.[9]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata moral artinya adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, atau salah, baik dan buruk. Dimasukkan dalam pernilaian benar atau salah kedalam moral dengan akhlak, sebab salah benar adalah pernilaian dipandang dari sudut hukum yang didalam agama islam tidak dapat diceraipisahkan dengan akhlak.[10]
Dalam Ensiklopedia Pendidikan karya dari Sugarda Poerbakwatja menyebutkan, sesuai makna aslinya dalam bahasa Latin (mos), adat istiadat menjadi dasar untuk menentukan apakah perbuatan seseorang baik atau buruk.[11] Oleh karena itu untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk, dapat dilihat apakah perbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima kesatuan sosial atau lingkungan.

Perkataan Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos[12] yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik dab buruk. Dalam perpustakaan umumnya etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya adalah ilmu tentang baik dan buruk dan tentang apa yang dianggap dan dianggap buruk dan tentang hak dan kewajiban moral dan akhlak. Di dalam Ensiklopedia Pendidikan tersebut di atas diterangkan bahwa etika merupakan pengetahuan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika itu sendiri. Sebagai cabang filsafat yang memepelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik dan buruk, ukuran yang  dapat dijadikan sebagai jalan untuk mendapat nilai yang baik. Maka etika bertolak belakang dari akal pikiran, tidak dari Agama. Disinilah letak perbedaannya dengan akhlak dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu akhlak ialah suatu ilmu pengetahunan yang mengajarkan mana yang baik dan yang buruk.
Akhlak berdasarkan ajaran Allah dan RasulNya, ajaran etika Islam sesuai dengan fitrah dan akal pikiran yang lurus.[13] Maka dari itu etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral ukuran baik dan buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah swt yakni Al-Qur’an dan ajaran Rasul Al-Hadis.[14]
Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu, zaman dan tempat. Dengan ajaran-ajaran yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia (manusiawi), maka Etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah swt, menuju keridhaan Nya. Dengan melaksanakan Etika Islam niscaya akan selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.[15]


2.      Ruang Lingkup Akhlak
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n dan Al-Hadits.  Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.[16]
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.Memang  sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Ruang lingkup akhlak ialah sebagai butir-butir akhlak dalam al-Qur’an dan Hadis bertebaran dari gugusan bintang-bintang di langit. Maka ruang ligkup akhlak yang dikemukakan oleh pakar-pakar agama adalah :
a.      Akhlak terhadap Allah ( Khalik)
Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firmanNya dalam al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi laranganNya. Berusaha mengaharapkan memeperoleh keridhoanNya dimanapun berada. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah, menerima dengan ikhlas semua kada dan qadar Ilahi setelah berikhtiar semaksimal ( sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi. Memohon ampun hanya kepada Allah, dan bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah Taubat Nasuha yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan perbauatan yang sama dilarang Allah. Dan tertib melaksanakan ibadah kepada Allah.[17]



b.      Akhlak terhadap Makhluk
Akhlak terhadap manusia dibagi kepada dua yakni : 1. Akhlak kepada manusia dan 2. Akhlak kepada Rasul (Nabi Muhammad), antara lain mencintai rasul secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, dan menjadikan Rasul sebagai idola. Dan menjadikan rasul sebagai suri tauladan yang baik dan kehidupan sehari-hari, menjalankan segala yang disuruhnya, tidak melakukan yang dilarangnya.
Kemudian akhlak kepada orang tua, antara lain mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya dan merendahkan diri kepada kerabat lainnya. Dan merendahkan diri kepada keduanya diiringi persaan kasih sayang. Berkomunikasi dengan orang tua dengan penuh khidmat, mempergunakan kata-kata yang lembut, dan berbuat baik kepada ibu dan bapak.[18] Dan mendoakan keduanya dengan keselamatan ampunan, dan Akhlak kepada diri sendiri, antara lain memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur, ikhlas, sabar, dan malu melakukan perbuatan jahat.
c.       Akhlak terhadap Tetangga
Akhlak terhadap tetangga antara lain adalah memlihara hubungan tali silaturahmi yang dibina oleh orangtua, saling mengunjungi, saling membantu di waktu senang lebih-lebih dikala suka dan duka, dan saling memberi, dan saling hormat menghormati, kemudian menghindarkan dari pertengkaran dan permusuhan.[19]
d.      Akhlak terhadap Masyarakat
Akhlak terhadap masyarakat antara lain adalah memuliakan tamu dan menghormati nilai agama yang berlaku di masyarakat  yang bersangkutan, saling tolong menolong dalam kebajikan dan takwa, dan menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar) memberi fakir miskin dan berusaha melapangkan kehidupan orang lain. Bermusyawarah dalam urusan.[20]

e.       Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan)
Akhlak terhadap lingkungan merupakan sesuatu cermin yang akan memebawa kita pada kebahagiaan , antara lain sadar akan fungsinya sebagai khalifah dibumi ini, turut serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora (hewan-hewan dan tumbuhan-tumbuhan). Yang sengaja diciptakan oleh Allah swt sebagai pengisi di bumi ini dan juga sebagai penyempurna.[21]
Bahwa akhlak manusia terhadap lingkungan sesungguhnya manusia tidak diperbolehkan melakukan kerusakan di muka bumi Allah. Dalam surat Al-A’raf jelas Allah menjelaskan di dalam nya pada ayat 56 yang artinya : “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya..”.[22]
Cegahan untuk melakukan kerusakan di bumi mencakup berbagai kerusakan di alam ini adalah akibat perbuatan manusia. Dalam surat al-Rum ayat 41 berfirman , “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena tangan manusia”. Oleh karena itu, tugas orang beriman adalah menjaga kelestarian lingkungan dan kesimbangan alam ini agar tidak rusak.[23]
Keseimbangan alam wajib kita jaga agar kita tidak terkena bencana. Salah satu tantangan modernitas dalam menjaga kesimbangan alam adalah adanya ekploitasi alam yang berlebih-lebihan karena tuntunan perkembangan penduduk, misalnya daerah perkotaan. Mendirikan perumahan, pertanian ilegal yang posisinya dapat merusak alam. Karena itu sebagai mukmin sejati harus menjaga dan melestarikan alam ciptaan Allah dan akan menjadi manpaat bagi generasi Islam selanjutnya. Dan berburu secara liar juga harus dihindarkan secara efektif agar alam ini terjaga.[24]


3.      Akhlak dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis
Kata akhlak dalam Al-Qur’an cukup banyak sekali disebutkan oleh Allah swt dikerenakan sangat penting bagi kehidupan manusia. Akhlak adalah di defenisikan para ahli adalah tabiat, perangai atau tingkah laku yang dilakukan dalam keadaan sadar dan menghasilkan manfaat yang cukup besar. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab   خلق-يخلق-خلق[25] dan menjadi Isim Tafdil yang mendapatkan tambahan ا sehingga menjadi kata اخلاق kata dari pada itu adalah tabiat atau tingkah laku. Dan persamaannya dengan kata bahasa Arab ادب-يادب-اداب[26] adalah sama-sama memiliki arti tabiat dan budi pekerti, maupun perangai. Namun perbedaannya dari pada keduanya adalah dalam bahasa Arab beda timbangan dan penggunaanya.
Akhlak memiliki macam-macam dan tempatnya antara lain adalah :
a.       Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji dan dijadikan sebagai panutan dan pegangan. Contohnya adalah induk-induknya adalah Hikmah, Syajaah, Iffah, dan Adalah.[27]
b.      Akhlak Majmumah adalah akhlak atau perilaku yang tercela yang tidak perlu dicerna dan diamalkan. Contohnya adalah Hubbundunya artinya adalah menganggap harta segala-galanya, menghalalkan segala cara, kikir, dan tidak mau berbagi. Hasad adalah dengki, tidak suka orang lain sukses, gembira orang lain sengsara, suka menghalangi orang lain. Ujub adalah bangga diri, menganggap dirinya hebat, menganggap orang lain lemah, suka memamerkan kehebatan, terlalu bangga diri. Riya adalah melakukan sesuatu tidak ikhlas, suka pemer, tidak melakukan kebaikan jika tidak ada yang melihat.[28]
c.       Akhlak Hasan adalah akhlak yang baik dan bagus, misalnya Syukur, Tawakkal, Zuhud, dan Zikir.[29]
d.      Akhlak Khobihat adalah akhlak yang jelek yang harus dijauhi seluruh umat Islam. Beberapa ibrahnya adalah maksiat, berzina, meminum khamar, dan berjudi, munafiq. Maka daripada itu akhlak yang harus menjadi panutan dari setiap kaum umat Islam adalah Akhlak yang mahmudah dan Akhlak Hasan.

Dalam ayat Al-Qur’an Allah swt banyak menyebutkan bahwasanya Rasulullah adalah suri tauladan yang baik dan patut dicontoh. Ayat-ayat Al-Qur’an salah satunya adalah di dalam Surah Al-Ahzab ayat : 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Q.S Al-Ahzab :21)[30]
Dari ayat ini dapat dijelaskan bahwa Rasulullah adalah bagus akhlak dan harus dicontoh oleh semua umatnya dan sebagai panutan dan pengajaran. Didalam diri Rasulullah adalah perangai yang baik yang telah diberikan oleh Allah swt. Sebab dari turunnya ayat inilah ketika Rasulullah telah berhasil menyebarkan dakwah islamnya di Makkah dan Madinah. 
Didalam ayat lain Allah swt berfirman mengenai akhlak dan pentingnya akhlak bagi manusia, perkataan yang bersumber dari pada Al-Qur’an :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya : “ dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.S Al-Qalam : 4)[31]
Dari ayat ini adalah Nabi Muhammad adalah suri tauladan juga dalam akhlaknya, Allah telah menjadikan baginya akhlaknya yang mulia dan terpuji. Sesungguhnya Nabi Muhammad diutus juga sebagai penyempurna akhlak, karena Nabi saw. Dari sebab turun ayat ini adalah rasul sebagai penyempurna akhlak. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam Al-Qur’an terdapat juga dalam Hadis yang memuat perkataan, tindakan, dan sikap rasul. Dan kerasulannya yang beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, banyak membicarakan mengenai akhlak. Akhlak merupakan hal yang paling penting dan berguna. Dari berbagai sunnah qauliyah Rasul antaranya adalah, “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R Ahmad).[32]

Didalam Al-Qur’an Allah juga menegaskan pentingnya akhlak yang baik dan aplikasnya dikehidupan umat manusia. Sebagai sumber moral atau pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan kriteria baik dan buruknya sesuatu perbuatan adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.[33] Kedua dasar ini yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan yang mana baik dan mana yang buruk.
Al-Qur’an bukanlah hanya sebagai renungan manusia, melainkan Firman Allah Yang Maha Bijaksana.[34] Oleh karena itu setiap Muslim berkeyakinan bahwa ajaran kebenaran terkandung di dalam Kitabullah Al-Qur’an yang tidak akan dapat ditandingi oleh pikiran manusia. Dikemukakan didalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ôs% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B ÇÊÎÈ   Ïôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ Ÿ@ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏôgtƒur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ  
Artinya: “ Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan(15). dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus(16).”(Q.S Al-Maidah : 15-16)[35]
Selain daripada pedoman untuk kebaikan akhlak Al-Qur’an adalah sebagai pedoman utama dalam hidup umat manusia. Keterkaitan daripada Al-Qur’an sebagai sumber akhlak yang pertama adalah kunci utama dalam meraih kebahagiaan. Maka hadis salah satu pedoman kedua setelah Al-Qur’an sebagai Sunnah Nabi juga dipandang sebagai lampiran penjelasan Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya menjelaskan pokok-pokoknya saja hadis sebagai penjelasnya.
Al-Hadis sebagai pedoman dalam akhlak dan hidup Muslim dijelaskan dalam Al-Qur’an :
!$¨B uä!$sùr& ª!$# 4n?tã ¾Ï&Î!qßu ô`ÏB È@÷dr& 3tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqß§=Ï9ur Ï%Î!ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# ös1 Ÿw tbqä3tƒ P's!rߊ tû÷üt/ Ïä!$uŠÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqß§9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ  
Artinya:” apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”(Q.S Al-Hasyr : 7)[36]
Jika telah jelas bahwa Al-Qur’an dan Sunnah Rasul adalah pedoman hidup sebagai tuntunan akhlak yang menjadi asas bagi setiap Muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber moral dalam Islam. Firman Allah dan Sunnah Nabi adalah ajaran yang paling mulia dalam pembentukan akhlak.[37]
Maka jelaslah ayat-ayat Al-Qur’an berkaitan sangat jelas dengan Hadis (Sunnah Nabi). Asbabun Nujul ayat-ayat Akhlak adalah sejak Nabi Muhammad berdakwah di Mekkah sampai kepada Madinah Mukarramah.[38] Diantara akhlak yang terpuji dalam Hadis Nabi Muhammad saw adalah :
(AHMAD - 6215) : Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Syaqiq dari Masruq dari Abdullah bin Amru bin Ash Sesungguhnya, Rasulullah SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM tidaklah keji dan tidak pula pernah berkata-kata keji, dan beliau bersabda: "Orang-orang yang paling baik diantara kalian adalah mereka yang akhlaknya paling bagus."[39]
Dari hadis diatas Imam Zarkasi menyatakan bahwa orang-orang yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya disisi Allah dan disisi manusia. Hikmah yang didapat adalah menyelamatkan Muslim lain dari kejahatan. Dan didalam Hadis lain tentang akhlak berkaitan dengan firman Allah dalam Surah Al-Ahzab dan Al-Qalam yakni :
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي شَقِيقٌ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَا
إِذْ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
(BUKHARI - 5575) : Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaqiq dari Masruq dia berkata; "Kami pernah duduk-duduk sambil berbincang-bincang bersama Abdullah bin 'Amru, tiba-tiba dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya."[40]
            Dalam Al-Qur’an juga dikaitkan dengan  baiknya akhlaknya bagusnya akhlak yang berkaitan dengan sehingga menjadi etika dan moral. Allah swt telah menjelaskan tentang bagusnya akhlak dalam Islam dan kesucian jiwa dalam beribadah.
!$¯RÎ) Nßg»oYóÁn=÷zr& 7p|ÁÏ9$sƒ¿2 tò2ÏŒ Í#¤$!$# ÇÍÏÈ  
Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi Yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”(Q.S Shaad : 46)[41]
            Dari ayat ini Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Allah telah menganugrahi manusia akhlak yang baik dan setinggi akhlak. Jika seseorang itu beriman dan bertaqwa kepada Allah. Akhlak yang setinggi-tingginya berasal dari hati.[42]

4.      Urgensi Akhlak dalam kehidupan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis
Persamaan dari pada antara Akhlak, Etika, dan Moral adalah Etika berasal dari bahasa Yunani ethicos, atau ethos, yang artinya karakter, kebiasaan, watak, dan sifat.[43] Sedang secara istilah etika adalah ilmu penngetahuan yang menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan-perbuatan.[44]
Sedangkan moral berasal dari bahasa latin Mores[45] yang artinya mengenai kesusilaan. Secara istilah moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang diterima secara umum. Sedangkan budi pekerti berarti tabiat, akhlak, dan watak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara akhlak, etika, dan moral memiliki persamaan, yaitu berbentuk perilaku yang sifatnya netral. Misalnya ada orang yang berbuat buruk, maka tidak tepat jika dikatakan bahwa orang tersebut tidak mempunyai akhlak. Sebab akhlak itu sendiri adalah perilaku, orang yang sudah berperilaku, namun berperilaku yang buruk. Akan tetapi, tepat kalau dikatakan bahwa orang tersebut berakhlak tercela.[46]
Oleh karena itu, semuanya tergantung kepada setiap orang atau individu. Jika watak. Karakter, kebiasaan, dan tabiat mengarah kepada hal-hal yang baik, maka ia akan menjadi akhlak terpuji. Sebaliknya, jika semua itu diarahkan kepada hal-hal yang jelek, maka ia akan menjadi akhlak yang tercela. Karena itu, pembinaan akhlak sama dengan pembinaan perilaku.[47]
Urgensi akhlak dan manfaatnya bagi kehidupan sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, karena sangat pentingnya akhlak bagi manusia. Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya. Akhlak yang mulia ini adalah tonggak keutuhan dan kejayaan satu umat, sebagaimana disampaikan oleh seorang penyair yang bernama Ahmad Syauqiy dalam pernyataannya: “Umat itu tergantung akhlak yang tersisa padanya, jika akhlak tersebut lenyap maka lenyaplah mereka.”[48]
Dan akhlak sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan dan tegaknya manhaj agama. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Surah Al-Hajj ayat 32 :
y7Ï9ºsŒ `tBur öNÏjàyèムuŽÈµ¯»yèx© «!$# $yg¯RÎ*sù `ÏB uqø)s? É>qè=à)ø9$# ÇÌËÈ  
Artinya : “Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah[990], Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.”(Q.S Al-Hajj : 32)[49]
Akhlak mulia menjadi salah satu rukun ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam sehingga sudah semestinya diwujudkan dalam jiwa seorang muslim. Oleh karena itulah para Rasul senantiasa mengajak kaumnya untuk mewujudkan akhlak yang mulia. Jelaslah dakwah mereka mengajak manusia bertakwa kepada Allah, dan ketakwaan adalah sumber utama akhlak mulia, darinyalah mengalir kemulian akhlak dalam kehidupan seorang mukmin. Dengan demikian akhlak mulia adalah ketakwaan yang dapat dilihat seorang mukmin sebagai satu kebaikan dan barokah bagi masyarakat.
Hal ini dikuatkan dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam diatas. Dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan salah satu tugas penting beliau adalah mengokohkan pondasi dasar akhlak mulia, menyempurnakan dan menjelaskan ketinggiannya. Bukankah hal ini menunjukkan peran penting akhlak dalam membangun kejayaan kaum muslimin. Untuk lebih jelasnya marilah kita melihat tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yang telah Allah tetapkan dalam beberapa ayat dibawah ini:
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  
Artinya : “ sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”(Q.S Al-Baqarah :151)[50]
Akhlak yang mulia yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sangat lengkap dan bersumber dari wahyu. Akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada makhluknya. Akhlak kepada Allah yang meliputi keimanan dan tauhid serta beribadah kepadaNya tanpa berbuat syirik dan maksiat sedikitpun dan berakhlak dalam berhubungan sesama makhluk Allah dalam pergaulan pribadi atau masyarakat.
Kemudian daripada itu sebagai faedah dari pada sunnah Nabi yaitu Al-Hadis adalah Islam adalah agama yang menghilangkan kebatilan dan mengokohkan kebenaran. Dengan demikian jelaslah slogan yang menyatakan Islam adalah revolusi atau revolusi islam adalah kebatilan, karena revolusi mesti ditandai dengan penghancuran baik yang benar atau yang salah.. Lalu Allah utus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam untuk menyempurnakan kemuliaan dan keindahan akhlak. Akhlak yang mulia memiliki kedudukan dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam. Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini yang bertemakan nilai-nilai moral keagamaan secara normativitas maka dapat ditarik kesimpulan. Bahwa Perkataan “Akhlak” berasal dari bahasa Arab خلق-يخلق-خلق dari bentuk jama’ “ Khuluqun” خلق yang mempunyai arti dan diartikan sebagai budi pekerti, perangai, dan tabiat. Perkataan “Moral” berasal dari bahasa latin “ mores” kata jama’ dari “mos” yang berarti adat dan kebiasaan. Perkataan Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik dab buruk.
Ruang lingkup Akhlak adalah sebagai sendi-sendi kehidupan dan sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain adalah mencakup :
1.      Akhlak terhadap Khalik (Allah).
2.      Akhlak terhadap Makhluk (Manusia).
3.      Akhlak terhadap Masyarakat.
4.      Akhlak terhadap Tetangga.
5.      Akhlak terhadap Lingkungan.
Al-Qur’an menjelaskan tentang akhlak dan Al-Hadis juga menjelaskan sebagai berikut : dalam Surah Al-Qalam : 4
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya : “ dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Betapa pentingnya akhlak bagi manusia karena banyaknya Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an. Urgensi akhlak dan manfaatnya bagi kehidupan sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, karena sangat pentingnya akhlak bagi manusia. Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya.

Oleh karena itu akhlak sangatlah penting bagi manusia dan kehidupan manusia didunia ini hingga menuju alam akhirat. Dari banyak contoh yang telah dicontohkan oleh Nabi saw sebagai suri tauladan yang akhlak beliau yang kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari. Akhlak mulia menjadi salah satu rukun ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam sehingga sudah semestinya diwujudkan dalam jiwa seorang muslim.
Akhlak yang mulia yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sangat lengkap dan bersumber dari wahyu. Akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada makhluknya. Akhlak kepada Allah yang meliputi keimanan dan tauhid serta beribadah kepadaNya tanpa berbuat syirik dan maksiat sedikitpun dan berakhlak dalam berhubungan sesama makhluk Allah dalam pergaulan pribadi atau masyarakat. Inilah inti ajaran islam yang dibawa para rasul.
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat. Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul. Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya. Akhlak merupakan bagian yang penting dari sendi Islam dan Syariat Islam mengharuskan umatnya berakhlak mulia.
B.     Saran
Demikanlah hasil dari makalah perbaikan yang dapat kami hasilkan, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kejanggalan dari pada penulisan. Kami menyadari banyaknya kesulitan ketika mengerjakan makalah ini dan kami sangat berharap bapak dosen pembimbing dapat menerimanya. Dan kami juga berharap sebesar-besarnya makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu dan wawasan bagi kita bersama tentang pentingnya akhlak bagi kehidupan kita didunia ini. Dan kiranya makalah ini dapat merubah tonggak akhlak bagi kehidupan mita bersama. Kami menyadari masih banyaknya kekurangan maka dari itu kami harapkan masukan dan saran yang dapat membangun dari dosen pembimbing kami, kami mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Nata Abuddin, Metode Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998)
Abd. Hakim Atang, Mubarak Jaih, Juanda Cucu, Metodologi Studi Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001)
Boediono, Kamus 3 Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia, (Jakarta : Bintang Indonesia, 2004)
H. Ya’qub Hamzah, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1983)
Amin Ahmad, Akhlak wal Al-I’tiqodi, (Jakarta : Indah Press, 2001)
Subki Ali, Kumpulan kata-kata Asing Yunani, Persia, dan Latin, (Tangerang : Cipta Agung Perkasa, 2007)
Ali Daud Muhammad, Dirasah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000)
Qahar Baharuddin, Akhlak Islami, (Padang : Karya Utama Bina Kitab, 2001)
Musthafa Ali, Kamus Bahasa Arab lengkap dan terjemahannya, (Jakarta : Utama Abadi Indah, 2000)
Zaid Abdurrahman, Akidah dan Akhlak, (Karawang : Gema Widuri Sindo, 1999)
Imam Ahmad, Kumpulan Hadis Shahih, (Kairo : Beirut Multazam, 1998)
Abduh Muhammad, Karakteristik Akhlak dalam Islam, (Surabaya : Cipta Karya Anugrah, 1999)
Lidwa Pusaka, Kitab Sembilan Imam, ( H.R Ahmad No. 6215 dab H.R Bukhari No. 5575)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Diponegoro : Bina Insani, 2002)
Syauqiy Ahmad, Syair Fil Akhlaki, (Jakarta : Gema Widuri, 2000)
Syam Nur, Akidah dan Akhlak Islami, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam, 2014)

































           
           














[1] Abuddin Nata, Metode Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 4
[2] Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarok, Cucu Juanda, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 199
[3] Boediono, Kamus 3 Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia, (Jakarta : Bintang Indonesia, 2004), hlm. 213
[4] H.Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1983), hlm. 11
[5] Ahmad Amin, Al-Akhlak wal I’tiqodi, (Jakarta : Indah Press, 2001), hlm. 21
[6] Ibid, hlm. 24
[7] Ali Subki, Kumpulan kata-kata asing, Yunani, Persia, dan Latin, (Tangerang : Cipta Agung Perkasa, 2007), hlm. 6
[8] H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Op. Cit, hlm. 14
[9] H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Op. Cit, hlm. 15
[10] Mohammad Daud Daud Ali, Dirasah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 353
[11] Ibid, hlm. 353
[12] Ali Subki, Kumpulan kata-kata asing Yunani, Persia, dan Latin, Op. Cit, hlm. 32
[13] H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Op. Cit, hlm. 13
[14] Ibid, hlm. 14
[15] Ibid, hlm. 15
[16] Baharuddin Qahar, Akhlak Islami, (Padang : Karya Utama Bina Kitab, 2001), hlm. 6
[17] Ibid, hlm. 32
[18] Ibid, hlm. 37
[19] Ibid, hlm. 38
[20] Ibid, hlm. 41
[21] Ibid, hlm. 44
[22] Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarak, Cucu Juanda, Metodologi Studi Islam, Op.Cit, hlm. 204
[23] Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarak, Cucu Juanda, Op.Cit, hlm. 204
[24] Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarak, Cucu Juanda, Loc.Cit, hlm. 205
[25] Ali Musthafa, Kamus Bahasa Arab Lengkap dan terjemahannya, (Jakarta : Utama Abadi Indah, 2000), hlm. 128
[26] Ibid, hlm. 132
[27] Abdurahman Zaid, Akidah dan Akhlak, (Karawang : Gema Widuri Sindo, 1999), hlm. 63
[28] Ibid, hlm. 66
[29] Ibid, hlm. 65
[30] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Diponegoro : Bina Insani, 2002), hlm. 420
[31] Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 564
[32]Imam Ahmad, Kumpulan Hadis Shahih, (Kairo: Beirut Multazam, 1998), hlm. 118
[33] Muhammad Abduh, Karateristik Akhlak dalam Islam, (Surabaya : Cipta Persada Anugrah, 1999), hlm. 49
[34] Ibid, hlm. 53
[35] Departemen Agama RI, Loc. Cit, hlm. 110
[36] Departemen Agama RI, Loc. Cit, hlm. 546
[37] Ibid, hlm. 68
[38] Ibid, hlm. 67
[39] Lidwa Pusaka, Kitab Sembilan Imam, (H.R Ahmad No. 6215)
[40] Lidwa Pusaka, Kitab Sembilan Imam, (H.R Bukhari No. 5575)
[41] Departemen Agama RI, Loc. Cit, hlm. 453
[42] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an wal Al-ahkam, (Kairo : Beirut, 1999), hlm. 21
[43] Ali Subki, Op. Cit, hlm. 44
[44] Nur Syam, Akidah dan Akhlak Islami, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2014), hlm. 34
[45] Ali Subki, Loc. Cit, hlm. 32
[46] Ibid, hlm. 35
[47] Ibid, hlm. 37
[48]Ahmad Syauqiy, Syair Fil Akhlaki, (Jakarta : Gema Widuri, 2000), hlm. 2
[49] Departemen Agama RI, Loc. Cit, hlm. 336
[50] Departemen Agama RI, Loc. Cit, hlm. 23

No comments:

Post a Comment