Sunday, 5 May 2013

Problema Jiwa Beragama


BAB I
PENDAHULUAN
       Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dalam dunia. Dari kesadaran agama dan pengalaman ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya dalam beragama.
      Perkembangan jiwa beragama selalu menghadapi problema. Problema ini bersumber dari faktor interen atau eksteren yang dihadapi tiap individu. Faktor interen mencakup sifat-sifat keturunan, watak dan hal-hal yang bersifat differensiasi individu. Faktor-faktor eksteren mencakup: pendidikan, nilai-nilai budaya, lingkungan tempat tinggal dan lain-lain.                                                                








DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………           i
Daftar Isi………………………………………………………………….....            ii
Bab I : Pendahuluan…………………………………………………………           1
Bab II : Pembahasan………………………………………………………...            2
  1. Pengertian Problema Jiwa Beragama………………………………..            2
  2. Jenis-Jenis Problema Jiwa Beragama………………………………..            2
1.      Munafik………………………………………………………….           2
2.      Dengki……………………………………………………………          3
3.      Riya………………………………………………………………           4
4.      Tama’…………………………………………………………….           4
5.      Iri…………………………………………………………………          5
6.      Takabbur…………………………………………………………           5
7.      Sombong…………………………………………………………           5
8.      Agnotisme……………………………………………………….            6
9.      Konversi Agama…………………………………………............           6
  1. Sikap Keagamaan Pola & Tingkah Laku……………………………            9
  2. Sikap Keagamaan yang Menyimpang……………………………….            11
  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan Menyimpang..           13
Bab III : Kesimpulan………………………………………………………....          16
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian peroblema jiwa beragama
 Problema adalah masalah atau sesuatu yang keluar dari yang sebenarnya yang sesuai ideal dengan kenyataan. Jiwa beragama adalah keinginan atau kemauan beragama. Jadi, problema jiwa beragama adalah masalah berkeinginan dalam beragama.
B.     Jenis-jenis problema jiwa beragama
Problema jiwa bergama mempunyai beberapa jenis antara lain:
1.      Munafik
        Munafik adalah orang yang lahiriyahnya menampakkn suatu ( ucapan, perbuatan atau sikap ) yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Kelompok lain mengatakan munafik itu adalah orang-orang yang lahiriyahnya menyatakan dirinya muslim sedangkan batinnya tidak sesuai lahiriyahnya atau orang yang melahirkan iman dengan mulutnya tetapi kafir. Dari defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa orang munafik adalah orang-orang yang bermuka dua lain di mulut lain di hati. Dalam al-qur’an di sebutkan orang munafik adala orang yang imannya di mulut tetapi kafir di hati.
              Sifat-sifat orang munafik yaitu orang yang tidak tegas terhadap aqidahnya
a.            Mereka menyatakan beriman dan kembali musyrik bila bertemu dengan orang-orang musyrik.
b.           Pelaksanaan ibadah mereka lebih banyak di karenakan riya dan mereka mendirikan shalat dengan bermalas-malasan dan lalai.
c.             Dalam kehidupan bermasyarakat orang-orang munafik menyuruh orang berbuat kemungkaran dan mencegah kebaikan.
d.            Mereka berusaha membuat fitnah dalam barisan kaum muslim
e.            Bermulut manis tapi tidak tulus.
f.            Suka bersumpah agar orang mempercayainya dan merintangi orang untuk menjalankan agama.
              Dalam sifat-sifat emosional mereka orang-orang munafik sangat penakut, mereka lebih takut kepada manusia dari pada takut kepada Allah. Karena, takut mati mereka tidak ikut berperang dan bila Allah memberi rahmatnya kepada orang-orang beriman mereka benci dan dengki. Secara intelektual orang-orang munafik peragu dan tidak mampu mengambil keputusan atau ketetapan, mereka seperti pucuk eru, kemana angin bertiup maka kesanalah mereka condong.
              Pribadi orang munafik lebih ditakuti dalam pergaulan daripada kafir, karena orang munafik ibarat musuh dalam selimut. Sifat penyakit adalah wabah penyakit berbahaya yang mengancam kemuliaan dan martabat manusia. Ia mengarah kepada sifat yang tidak bertanggung jawab dan rendah. Imam Jafar Ash Shadik menjelaskan nasehat Lukman kepada puteranya: ‘’ seorang munafik mempunyai tiga tanda yaitu: lidahnya bertentangan dengan hatinya, hatinya bertentangan dengan prilakunya, penampilannya bertentangan dengan batinnya. Bila dilihat pedekatan ilmu jiwa orang munafik adalah orang yang mempunyai keperibadian terpecah yang disebut dengan plin-plan.
2.      Dengki
Dengki adalah menaruh perasaan benci, tidak senagn yang amat sangat terhadap kemenangan orang lain. Dengki biasanya berkaitan dengan sifat iri. Wujudnya adalah sikap dan perbuatan yang tidak senang terhadap orang lain, seperti memusuhi, menjelek-jelekkan, mencemarkan nama baik orang lain, dan lain-lain. Sikap dan perbuatan seperti ini biasanya dapat berkepanjangan sehingga menimbulkan perselisihan dan permusuhan apabila yang bersangkutan tidak menyadari sikap buruknya tersebut.
Perbuatan dengki akan menimblkan bahaya-bahaya seperti:
a.       Menimbulkan permusuhan.
b.      Menimbulkan perasaan dendam.
c.       Menghilangkan persahabatan.
d.      Menghilangkan kebaikan yang telah dilakukan.
e.       Dibenci Allah SWT.
              Orang yang mempunyai sifat dengki jiwa beragamanya tidak akian sempurna. Sebab, yang ada didalam hatinya hanyalah rasa benci kepada orang lain yang mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan. Cara menghindari sifat dengki yaitu dengan:
a.       mempererat tali persaudaraan guna terjalin kerukunan dan kebersamaan.
b.      Mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan harapan hati dan fikiranmenjadi tenang.
c.       Menumbuhkan sikap qana’ah (merasa cukup terhadap apa yang dimiliki).
3.      Riya
              Riya adalah sikap yang suka memamerkan harta benda atau orang yang melakukan segala sesuatu yang hanya mengharapkan pujian dari orang lain tapi bikan mengharapkan pahala dari Allah. Sikap riya ini sikap yang susah untuk mengubahnya sebab ia melakukan sesuatu hanya demi mengharapkan pujian orang lain.
4.      Tama’
              Tama’ sering dikatan sebagai orang yang rakus kepada apapun. Misalnya ia sudah kaya tetapi mau lebih kaya lagi. Sikap tama’ ini adalah sikap yang tidak patut dicontoh sebab hanya akan membawa kerugian bagi orang yang memiliki sifat ini.
5.      Iri
              Iri adala sesuatu sikap yang tidak senang melihat orang jika mendapatkan kebahagiaan atau mendapatkan sesuatu yang baik. Sikap iri ini adalah sikap yang berbahaya dan akan membuat orang yang memiliki sikap ini mendapatka penyakit hati.
6.      Takabbur
             Takabbur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih besar dari orang lain. Sedangkan menurut istilah takabbur adalah suatu sikp mental yang merasa dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang lain. Takabbur digolongkan menjadi dua bagian yaitu: takabbur batin dan takabbur lahir. Takabbur batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat karena sifat tersebut melekat dalam hati seperti sifat merasa besar, merasa lebih dari segala-galanya. Sedangkan takabbur lahir adalah perbuatan atau tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan orang lain, menyepelekan orang lain.
Cara menghindari perilaku takabbur antara lain:
a.       Hendaklah kita rendah hati, ramah, menghormati orang lain dan mampu menempatkan diri.
b.      Hendaklah kita harus menyadari bahwa manusia mempunyai sifat salah, lupa dan kekurangan.
c.       Hendaklah kita menyadari bahwa manusia dihadapkan Allah adalah sama saja dan yang membedakan satu sama lain adalah takwanya.
7.      Sombong
             Sifat sombong agak sama dengan sifat takabbur karena sama-sama membesarkan diri atau menganggap dirinya daalah yang terbaik. Didalam al-qur’an surah Luqman ayat 18 yang berbunyi:
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan diatas bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. Jadi, dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah sangatlah membenci orang yang sombong dan membanggakan diri.
8.      Agnotisme
             Agnotisme adalah suatu paham yang ragu-ragu tentang adanya tuhan, atau faham yang mengatakan bahwa manusia tidak sanggup dan tidak bisa memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Agnotisme tidak tegas mengatakan Tuhan tidak ada. Tuhan menurut aliran ini mungkin ada tetapi, manusia tidak dapat mengetahuinya secara positif. Oleh karena itu aliran ini disebut juga dengan aliran skepsitisme ( ragu-ragu ). Mereka beranggapan ajaran tentang Tuhan didalam agama adalah sesuatu yang tidak mngkin. Kalau dilihat dar pandangan ilmu jiwa kelompok ini termasuk orang pecah kepribadian. Namun, dengan sikap ragu-ragunya masih lebih mudah diajak kepada ajaran agama dari pada kelompok atheis yang sama sekali tidak mempercayai tuhan.


9.      Konversi Agama
           Konversi berasal dari kata convertion yang artinya adalah pertaubatan, pembalikan atau perlainan dengan semula. Walter Houston Clark mendefenisikan agama sebagai berikut: ‘’ konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama. Lebih jelas dan tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi yang mungkin saja yang sangat mendalam ataupun dangkal. Bisa saja terjadi perubahan itu secara berangsur-angsur pada diri seseorang’’.
              Zakiah Darajat mengatakan proses konversi tidak sama pada setiap orang tergantung kepada pertumbuhan jiwa yang dialaminya, pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, suasana lingkungan tempat tinggal dan pengalaman terakhir yang menjadi puncak dari perubahan keyakinan tersebut serta situasi yang terjadi sesudah itu. Konversi menurut Zakiah Darajad dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a)      Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan.
              Orang-orang yang gelisah dalam dirinya terjadi pertarungan berbagai persoalan yang kadang-kadang sukar untuk dipecahkan, akan memungkinkan terjadi konversi agama itu.
b)      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
              Pendidikan agama masa kecil seseorang mengenai pelajaran agama yang pernah dialaminya dalam lingkungan keluarga atau masyarakat yang penuh kedamaian dan ketenangan, terikat dan terbiasa dengan tradisi lama dapat menyebabkan konversi agama terhadap situasi masyrakat yang tidak menentu yang dialaminya pada masa berikutnya.
c)       Ajakan, seruan ataupun sugesti.
              Sugesti, seruan atau bujukan dari luar dapat menyebabkan konversi agama. Apalagi individu tersebut dalam keadaan labil, kosong dan tidak memiliki pegangan hidup. Cepat atau lambatnya pengaruh sugesti ini tergantung kepada kepintaran pemberi sugesti.

d)     Emosi.
              Penyelidikan para ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa emosi adalah keadaan jiwa yang sedang tidak normal atau stabil, pada saat seperti ini mereka mudah terpengaruh, mudah terpengaruh yang memungkinkan mereka akan mengalami konversi agama.
e)      Kemauan
              Kemauan dapat menyebabkan konversi. Mereka yang menyadari kembali ketidak pedulian terhadap agama dapat bertaubat dan menjadi taat mengamalkan ajaran agamanya.
              Dalam Islam salah satu contohnya Imam Al-Ghazali mengatakan konversi agama bukanlah hal yang terjadi tiba-tiba, setiap konversi agama melalui proses jiwa sebagai Berikut:
a.       Masa tenang pertama, yaitu sebelum mengalami konversi. Masa bersikap dan bertingkah laku acuh terhadap ajaran agama.
b.      Masa ketidak tenangan, terjadi konflik batin yang ada dalam hati. Selalu gelisah, putus asa, panik dan sebagainya. Kegelisahan ini dapat disebabkan kegagalan yang dialami, penderitaan dan lain sebagainya. Pada situasi ini manusia cenderung cepatmenjadi perasa, mudah tersinggung dan mudah kena sugesti.
c.       Masa terjadi konversi, yaitu setelah goncangan jiwa itu mencapai puncaknya. Orang merasa tiba-tiba mendapat hidayah Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat untuk menjalankan ajaran agama yang pernah tidak diperdulikannya. Dia merasa mendapat kesayangan dan kasih sayang Tuhan.
d.      Masa tentram dan tenang, yaitu masa setelah terjadinya konversi tersebut. Masa penuh kedamaian, tidak merasa sedih, terkucil dan sebagainya, tetapi merasa gembira, lapang dada menghadapi hari depan.
e.       Masa ekspresi konversi dalam hidup, yaitu masa pembuktian dan kebaktian kepada Tuhan setyelah terjadinya konversi tersebut. Masa ini semua amal dan perbuatannya didasarkan pada ketentuan Tuhan.

A.    Sikap Keagamaan dan Pola Tingkah Laku
              Mengawali pembahasan mengenai sikap keagamaan, maka terlebih dahulu akan di kemukakan mengenai sikap itu sendiri. Dalam pengertian umum, sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan individu. Dengan demikian, sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan pengaruh bawaan seseorang, serta tergantung kepada objek tertentu.
               Menurut Prof. Dr. Mar’at, ia telah merumuskan 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah:
1.      Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan.
2.      Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.
3.      Sikap diperoleh dari berinteraksidengan manusia lain baik di rumah, sekolah,tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.
4.      Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.
5.      Bagian yang paling dominan dari sikap perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan apakah positif, negatif atau ragu.
6.      Sikap memiliki tingkat intensitas terhadapobjek tertentu yakni kiat atau lemah.
7.      Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasidan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok.
8.      Sikap dapat bersifat relatif dalam sejarah hidup individu.
9.      Sikap merupakan bagian dari konteks persepsiataupun kognisiindividu.
10.  Sikap merupakan penilaian terhadap suatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentubagi seseorang atau yang bersangkutan.
11.  Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai.
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan bertindak senang atau
tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.
Merujuk kepada rumusan di atas, terlihat bagaimana hubungan sikap dengan pola tingkah laku seseorang. Tiga komponen psikologi yaitu kognisi, afeksi, dan konasi yang bekerja merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu objek, baik yang berbentukkonkrit atau abstrak. Kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan tentang objek, afeksi dikaitkan dengan apa dirasakan terhadap suatu objek,sedangkan konasi berhubungan dengan kesiapan untuk bertindak terhadap suatu objek. Dengan demikian, sikap yang ditaampilkan seseorang merupan hasil dari proses berpikir, merasa, sebagai reaksi terhadap sesuatu objek.
Pembentukan sikap melalui melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Sikap dan tingkah laju mempunyai hubungan faktor tertentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motip sebagai motip pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah lakunyata dalam diri seseorang atau kelompok. Pada tingkat tertentu motip akan membentuk predisposisi. Yang terjadi dalam diri seseorang. Para ahli didik melihat adanya peran orang tua dalam pemberi dasar jiwa keagamaan itu. Pengenalan ajaran agama pada anak usia dini bagaimanapun akan berpengaruh dalam membentuk kesadaran dan pengalaman agama pada diri anak.
B.     Sikap keagamaan yang menyimpangalam
              Dalam  pandangan psikologi agama, ajaran agama memuat norma-norma yang dijadikan pedoman oleh pemeluknya dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma tersebut mengacu kepada pencapaian nilai-nilai luhur yang mengacu kepada pembentukan kepribadian dan hubungan sosial dalam upaya memenuhi ketaatan. Dengan demikian sikap keagamaan merupakan kecendrungan untuk memenuhi tuntutan yang dimaksud.
            Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan keyakinan terhadap yang dianut mengalami perubahan. Sikap keagamaan yang mrenyimpang sehubungan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk. Sikap kagamaan yang menyimpang dari tradisi keagamaan yang cendrung keliru mungkin akan menimbulkan suatu pemikiran dan gerakan pembaharuan. Sikap yang menentang merupakan sikap keagamaan yang menyimpang, seseorang atau kelompok penganut suatu agama mungkin saja bersikap toleran pada agama lain ataupun aliran lain yang berbeda dengan aliran agama yang dianutnya. Masalah yang menyangkut keagamaan  ini umumnya tergantung hubungan mengenai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan adalah tingkat pikir manusia dalam mengalami proses berfikir yang telah dapat membebaskan manusia dari segala unsur yang terdapat di luar fikirannya, sedangkan keyakinan adalah suatu tingkat fikir yang dalam proses berfikir manusia telah menggnakan kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai penyempurna proses, pencapaian kebenaran, dan kenyataan yang terdapat di luarjangkauan berfikir manusia.kepercayaan dan keyakinan merupakan hal yang abstrak sehingga, secara empirk sulit dibuktikan secara nyata mengenai kebenarannya.
Sikap keagamaan yang menyimpang dapat terjadi bila penyimpangan pada kedua tingkat fikir, sehingga dapat memberi kepercayaan dan keyakinan baru pada seseorang atau kelompok. Apabila tingkat fikir tersebut mencapai tingkat kepercayaan serta keyakinan yang tidak sejalan dengan ajaran agama tertentu maka akan terjadi sikap keagamaan yang menyimpang.sikap keagamaan yang menyimpang cendrung didasarkan pada motif yang bersifat emosional yang lebih kuat ketimbang aspek rasional.yasrif menyebutkan sebagai moralitas minimalis antara lain
1.      Berupa tindakan yang melanggar atau melawan moral, dengan melakukan aneka kelakuan yang jahat, tak pantas atau tak benar.
2.      Tindakan mempermainkan prinsip atau nilai-nilai moral itu sendiri dengan cara memutar balikkan atau mempermainkan batas-batas moral antara baik dengan jahat, antara benar dengan salah, serta antara pantas dengan tak pantas.
Pelaku tindak korupsi bisa di kategorikan sebagai pribadi yang kurang memahami moral. Secara harfiah, korupsi berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat di suap, tidak bermoral dan penyimpangan dari kesucian.korupsi didefenisikan sebagai penyelewengan untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
            Dalam pendekatan psikologi, pelaku tindak korupsi adalah sosok manusia yang telah kehilangan nurani dan kepekaan sosialnya, perangkat indranya sudah kehilangan fungsinya serta nuraninya sudah tertutup.gunnar Myrdal memandang bahwa korupsi tidak pernah membawa akibat positif. Menurutnya akibat buruk korupasi terlihat pada antara lain:
1.      Memperbesar masalah-masalah yang menyangkut kurangnya hasrat untuk terjun di bidang uasaha yang lain.
2.      Turunnya martabat pemerintah yang membahayakan stabilitas politik.
3.      Turunnya disisplin sosial.
              Tindak korupsi merupakan bagian dari sikap keagamaan yang menyimpang. Secara psikologis, pelaku korupsi adalah pengidap kepribadian ganda. Di satu saat ia merasa dirinya sebagai orang yang bermoral dan menghargai nilai-nilai ajaran agama yang di anutnya, dan di sisi lain ia mendirikan dirinya sebagai pribadi yang bebas dari keterikatan nilai-nilai luhur tersebut dan menganggap tindak korupsi sebagai suatu yang wajar-wajar saja. Tindakan koruptif di nilai sebagai gangguan jiwa. Perubahan sikap yang cepat ini disebut bipolar dalam ilmu kedokteran.
C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan yang Menyimpang.   
             Sikap berfungsi untuk menggugah motif untuk bertingkah laku, baik dalam bentuk tingkah laku nyata maupun tingkah laku tertutup. Dengan demikian, sikap mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang terhadap objek, yaitu dalam bentuk nyata dan terselubung. Karena sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh  lingkungan, maka sikap akan bisa di ubah, walaupun sulit.
             Terjadinya keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap. Beberapa teori psikologis mengungkapkan mengenai perubahan sikap tersebut antara lain:
1.      teori stimulus dan respons, yang memandang manusia sebagai organisme menyamakan perubahan sikap dan proses belajar. Menurut teori ini ada tiga variabel yang mempengaruhia terjadinya perubahan sikap, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan mengacu kepada teori ini, jika seseorang atau kelompok memiliki perhatian terhadap suatu objek dan memahami objek yang dimaksud serta menerimanya, maka akan terjadi perubahan sikap.
2.      Teori pertimbangan sosial, dalam teori ini perubahan sikap di tentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perubahan sikap adlah persepsi sosial, posisi sosial dan proses belajar sosial. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor penguatan, komunikasi persuasif. Harapan yang diinginkan, perubahan sikap menurut teori ini di tentukan oleh keputusan-keputusan sosial sebagai hasil interaksi faktor internal dan eksternal.

3.      Teori konsistensi, menurut teori ini perubahan sikap lebih di tentukan oleh faktor intren yang tujuannya untuk menyeimbangkan antara sikap  dan perbuatan .
Dalam kehidupan keagamaan barangkali perubahan sikap ini berhubungan dengan konversi  agama. Seseorang yang merasa bahwa apa yang dilakukannya sebelumnya adalah keliru, berupaya untuk mempertimbangkan sikapnya. Pertimbangan tersebut melalui proses dari munculnya persoalan hingga tercapainya suatu keseimbangan. Keempat fase dalam terjadinya perubahan sikap itu adalah:
1.      Munculnya persoalan yang dihadapi.
2.      Munculnya beberapa pengertian yang harus dipilih.
3.      Mengambil keputusan berdasarkan salah satu pengertian  yang dipilih.
4.      Terjadi keseimbangan.
            Perubahan sikap seperti ini,  menurut Heider dilatarbelakangi oleh perasan senang dan tidak senang. Mengacu kepada teor ini perubahan sikap yang menyangkut kehidupan beragama dapat terjadi oleh karena adanya pengaruh dalam diri seseorang. Pengaruh tersebut menimbulkan persoalan hingga terjadi ketidak seimbangan dalam batinnya. Untuk mengembalikan keseimbangan semulai, adalah dengan cara memberikan kestabilan pada diri. Kondisi tersebut dapat menimbulkan keharmonisan dan keseimbangan.














BAB III
KESIMPULAN
Problema adalah masalah atau sesuatu yang keluar dari yang sebenarnya yang sesuai ideal dengan kenyataan. Jiwa beragama adalah keinginan atau kemauan beragama. Jadi, problema jiwa beragama adalah masalah berkeinginan dalam beragama. Jenis-jenis problema jiwa beragama yaitu: munafik, sombong, iri, dengki, riya, tama’, agnotisme, konversi agama dan lainnya. Sikap tersebut adalah sikap yang tidak patut untuk di contoh. 
 Dalam pengertian umum, sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan individu. Dengan demikian, sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan pengaruh bawaan seseorang, serta tergantung kepada objek tertentu. Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan keyakinan terhadap yang dianut mengalami perubahan. Sikap keagamaan yang mrenyimpang sehubungan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk. Sikap kagamaan yang menyimpang dari tradisi keagamaan yang cendrung keliru mungkin akan menimbulkan suatu pemikiran dan gerakan pembaharuan.
Sikap berfungsi untuk menggugah motif untuk bertingkah laku, baik dalam bentuk tingkah laku nyata maupun tingkah laku tertutup. Dengan demikian, sikap mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang terhadap objek, yaitu dalam bentuk nyata dan terselubung. Karena sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh  lingkungan, maka sikap akan bisa di ubah, walaupun sulit. STerjadinya keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap.



DAFTAR PUSTAKA

 Prof. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
 Philip G. Zimbardo, Psikologi Agama, Bandung, Grafindo, 1986.







Kasmiran Wuryo, Psikologi Agama, _Ed. Revisi _10. Jakarta: Grafindo, hlm. 225.

 Alief Aulia Rezza, Psikologi Agama, cet. 2, hlm. 11.
 Kasmiran Wuryo, Psikologi Agama, _Ed. Revisi _10. Jakarta: Grafindo, hlm.227

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 245

No comments:

Post a Comment