Monday, 7 March 2016

Penafsiran Ayat Akhirat



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENAFSIRAN AYAT SURAH FATHIR (35:31-35)

Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur’an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat (keadaan) hamba-hambanya. Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yng demikian itu adalah karunia yang amat besar, bagi mereka surga ‘Adn mereka masuk kedalamnya, didalamnya diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera. Dan mereka berkata”Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar maha pengampun lagi maha mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunianya didalamnya kami tidak merasa lelah dan tiada pula mereka lesu.[1]

Al-kitab: yang dimaksud adalah Al-Qur’an
Nushaddiqan lima baina yadaihi : Membenarkan kitab-kitab samawi yang mendahuluinya.
Khabirun bashirun :Maha melipiti tentang urusan mereka yang batin maupun yang lahir.
Muqtashid : Kadang-kadang mengamalkan al-Qur’an kadang-kadang menyalahinya.
Sobiq : Berlomba kepada pahala Allah dan mengharapkan dapat masuk surga.
Bi idzni ‘l-lah : Dengan taupik dan pemudahan Allah.
Bi-l-khairat : Disebabkan kebaikan-kebaikan dan amal-amal saleh yang dia lakukan.
Al-hazan : Rasa khawatir terhadap hal yang menakutkan yang terjadi dimasa datang.
Daru’l muqamah : Negeri tempat tinngal yang tidak berpindah lagi dari sana buat selama-lamanya, yaitu surga.
Nashab : Letih
Luhub : Kebosanan dan kelesuan.
            Setelah Allah swt, menyebutkan bahwa orang-orang yang membaca kitab-kitab Allah akan diberi pahala mereka dengan sempurna, maka hak itu ditandaskan dan ditegaskan bahwa kitab ini adalah hak dan benar, dan bahwa dia membenarkan kitab-kitab samawi yang diturunkan sebelumnya, maka orang yang membaca Al-Qur’an pun berhak mendapat pahala dan ganjaran seperti itu. Kemudian Allah membagi orang –orang yang diwarisi Al-kitab menjadi tiga golongan, yaitu Zhalimunli nafsihi (orang yang menganiaya diri sendiri), Muqtashid (orang yang kadang-kadang mengamalkan dan kadang-kadang menyalahinya), Sabiqun bil khairat (Orang-orang yang berlomba mendapatkan pahala Allah dan mengharapkan masuk surganya dengan melakukan kebaikan-kebaikan). Kemudian Allah menyebitkan pula balasan bagi orang-orang Sabiqun itu. Yaitu, bahwa mereka akan masuk kedalam surga-surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Dan bahwa mereka dihiasi disana dengan gelang-gelang emas dan mutiara,dan memakai sutera. Waktu itu mereka mengucapkkan ,” Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kami rasa takut, sesungguhnya Tuhan kami maha pengampun dan maha berterima kasih.” Mereka mengatakan pula, “ Sesungguhnya dia telah menempetkan kami disuatu nageri yang tidak ada keletihan didalamnya dan tidak ada kelesuhan.”




Sesungguhnya Al-Qur’an yang telah kami turunkan kepadamu adalah hak dari Tuhanmu. Kamu dan umamu wajib mengamalkannya, dan mengikuti isinya, bukan mengikuti kitab-kitab selainnya yang telah aku wahyukan kepada selain kamu. Karena, al-Qur’an itu membenarkan apa-apa yang pernah diturunkan dahulu kepada para Rasul Allah sebelum kamu. Maka, Al-Qur’an itu menjadi imam bagi kitab-kitab tersebut.


Sesungguhnya Allah maha waspada terhadap keadaan hamba-hambanya dan maha tahu tentang apa yang menjadi kemashalatan bagi mereka. Oleh karena itu, dia mensyariatkan hukum-hukum bagi mereka yang sesuai dengan keadaan manusia pada setiap waktu dan tempat, disamping mengutus Rasulnya-rasulnya yang patut untuk menyampaikan semua itu kepada umat manusia. Kami telah mewahyukan kepadamu al-Qur’an, kemudian kami wariskan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami. Yaitu,umat islam yang merupakan umat terbaik, dengan kesaksian Al-Qur’an sendiri.[2]
Kemudian kami menjadikan mereka tiga golongan yaitu,:
1.      Zhalimun li nafsi, orang yang menganiaya diri sendiri, yaitu orang yang lalai dalam melaksanakan sebagian perkara wajib dan melakukan bebrapa hal yang diharamkan.
2.      Muqtashid, yaitu orang yang menunaikan perkara-perkara dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, namun adang-kadang jatuh kedalam beberapa kesalahan dan kadang meninggalkan beberapa hal yang dianggap baik,
3.      Saiqun bi’l khairat bi idzni’l-lah yaitu orang yang berlomba dalam melakukan kebaikan dengan izin Allah, yaitu orang ang menunaikan perkara-perkara wajib maupun hal-hal disukai, dan meninggalkan hal-hal yang haram maupun hal-hal yang makruh dan beberapa hal yang dibolehkan (mubah). Dan setelah Allah menyebutkan keadaan-keadaan dari pada sabiqin, maka di terangkan pula balasan dan kesudahan mereka dengan firmannya :


          Taman-taman tempat tinggal akan dimasuki oleh orang-orang yang kami wariskan kepada mereka al-kitab dan kami pilih mereka diantara hamba hamba kami pada hari kiamat. Mereka dihiasi disana dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka ialah sutera.



          Ketika itu mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami rasa takut terhadap setiap yang kami khawatirkan, dan membiarkan kami dari apa yang kami takuti, yaitu kesedihan-kesedihan dunia dan akhirat.



Sesungguhnya Tuhan kami adalah maha pengampun atas dosa-dosa orang-orang yang berdosa dan maha berterima kasih kepada orang-orang yang taat. Takkan mengalami rasa takut dalam kubur mereka maupun ketika mereka dibangkitkan. Dan seolah-olah aku melihat ahli Lailahailla’l-lah menepiskan tanah dari kepala mereka sambil berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita kami, Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar maha pengampun lagi maha mensyukuri. Dan Allah menghilangkan rasa khawatir tehadap kesudahan mereka maupun rasa khawatir terhadap penghidupan dan godaan-godaan setan.[3]



B.   Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat 53-57
Ayat ke 53-55


Artinya:
Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia.  (4: 53) 
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.  (4: 54)
Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.  (4: 55) 
Dalam ayat sebelumnya telah disebutkan bagaimana kaum Yahudi meminta bantuan kaum Musyrikin Mekah guna mengalahkan kaum Muslimin di Madinah. Ayat ini ditujukan kepada mereka dan menanyakan apakah kalian melakukan  perbuatan ini dengan harapan mendapatkan kekuasaan dan pemerintahan. Padahal kalian tidak memiliki kelayakan itu.  Karena jiwa monopoli telah begitu kuat membelenggu, maka kalian tidak akan memberikan hak  kepada orang lain. Kalian mengambil semua hak orang lain untuk diri sendiri.
Ketika itu, al-Quran mengatakan kepada kaum muslimin, walaupun masyarakat di era itu  sebagian ada yang beriman  dan sebagian lagi menentang,  tapi kalian tidak boleh  berputus asa meyaksikan kaum Yahudi tidak mau beriman kepada Islam. Jangan juga berputus asa menyaksikan kedengkian mereka terhadap kalian. Karena hal ini telah terjadi sepanjang sejarah.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1.  Kenalilah musuh dan mantapkanlah keyakinan agama kalian. Karena  ketahuilah bila suatu hari kaum Yahudi itu mendapatkan kekuasaan, maka mereka pasti akan mengabaikan kalian.
2.  Sifat kikir, berpikiran sempit dan menilai sesuatu tidak adil merupakan tanda-tanda orang yang cinta materi dan kekuasaan.
3.  Apa yang dimiliki orang lain adalah dari rahmat dan karunia Tuhan. Sementara  orang yang dengki pada hakikatnya ia memprotes tindakan Tuhan.  Daripada  mendengki nikmat Tuhan yang diberikan kepada orang lain, sebaiknya manusia selalu optimis akan karunia dan rahmat-Nya yang tiada terbatas.
4.  Mengharapkan semua manusia beriman adalah harapan yang sia-sia. Allah  Swt menghendaki semua manusia bebas memilih jalan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad baiquni, Al-quran dan ilmu pengetahuan kealaman,(Yogyakarta. Pt.
 dana bakhti prima yasa :1997), hal. 259
Mustafha Ahmad. Tafsir al-maraghi, (Putra semarang), hal. 217.


[1] Al-Qur’an
[2] Ahmad mustafha.Tafsir al-maraghi, (Putra semarang), hal. 217
[3] Ahmad baiquni, Al-quran dan ilmu pengetahuan kealaman,(Yogyakarta. Pt. dana bakhti prima yasa :1997), hal. 259

No comments:

Post a Comment