BAB II
PEMBAHASAN
A. PENAFSIRAN AYAT SURAH FATHIR (35:31-35)
Dan
apa yang telah kami wahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur’an) itulah yang
benar, dengan membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Sesungguhnya Allah maha
mengetahui lagi maha melihat (keadaan) hamba-hambanya. Kemudian kitab itu kami
wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu
diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka dan diantara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yng demikian itu adalah karunia yang amat besar, bagi mereka
surga ‘Adn mereka masuk kedalamnya,
didalamnya diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara,
dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera. Dan mereka berkata”Segala puji
bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan
kami benar-benar maha pengampun lagi maha mensyukuri. Yang menempatkan kami
dalam tempat yang kekal (surga) dari karunianya didalamnya kami tidak merasa
lelah dan tiada pula mereka lesu.[1]
Al-kitab:
yang dimaksud adalah Al-Qur’an
Nushaddiqan lima baina
yadaihi : Membenarkan kitab-kitab samawi yang
mendahuluinya.
Khabirun bashirun :Maha
melipiti tentang urusan mereka yang batin maupun yang lahir.
Muqtashid :
Kadang-kadang mengamalkan al-Qur’an kadang-kadang menyalahinya.
Sobiq :
Berlomba kepada pahala Allah dan mengharapkan dapat masuk surga.
Bi idzni ‘l-lah
: Dengan taupik dan pemudahan Allah.
Bi-l-khairat
: Disebabkan kebaikan-kebaikan dan amal-amal saleh yang dia lakukan.
Al-hazan : Rasa khawatir terhadap hal yang
menakutkan yang terjadi dimasa datang.
Daru’l muqamah :
Negeri tempat tinngal yang tidak berpindah lagi dari sana buat selama-lamanya,
yaitu surga.
Nashab :
Letih
Luhub :
Kebosanan dan kelesuan.
Setelah Allah swt,
menyebutkan bahwa orang-orang yang membaca kitab-kitab Allah akan diberi pahala
mereka dengan sempurna, maka hak itu ditandaskan dan ditegaskan bahwa kitab ini
adalah hak dan benar, dan bahwa dia membenarkan kitab-kitab samawi yang
diturunkan sebelumnya, maka orang yang membaca Al-Qur’an pun berhak mendapat
pahala dan ganjaran seperti itu. Kemudian Allah membagi orang –orang yang
diwarisi Al-kitab menjadi tiga golongan, yaitu Zhalimunli nafsihi (orang yang menganiaya diri sendiri), Muqtashid (orang yang kadang-kadang
mengamalkan dan kadang-kadang menyalahinya), Sabiqun bil khairat (Orang-orang yang berlomba mendapatkan pahala
Allah dan mengharapkan masuk surganya dengan melakukan kebaikan-kebaikan). Kemudian
Allah menyebitkan pula balasan bagi orang-orang Sabiqun itu. Yaitu, bahwa
mereka akan masuk kedalam surga-surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai.
Dan bahwa mereka dihiasi disana dengan gelang-gelang emas dan mutiara,dan
memakai sutera. Waktu itu mereka mengucapkkan ,” Segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan kami rasa takut, sesungguhnya Tuhan kami maha pengampun dan
maha berterima kasih.” Mereka mengatakan pula, “ Sesungguhnya dia telah
menempetkan kami disuatu nageri yang tidak ada keletihan didalamnya dan tidak
ada kelesuhan.”
Sesungguhnya
Al-Qur’an yang telah kami turunkan kepadamu adalah hak dari Tuhanmu. Kamu dan
umamu wajib mengamalkannya, dan mengikuti isinya, bukan mengikuti kitab-kitab
selainnya yang telah aku wahyukan kepada selain kamu. Karena, al-Qur’an itu
membenarkan apa-apa yang pernah diturunkan dahulu kepada para Rasul Allah
sebelum kamu. Maka, Al-Qur’an itu menjadi imam bagi kitab-kitab tersebut.
Sesungguhnya
Allah maha waspada terhadap keadaan hamba-hambanya dan maha tahu tentang apa
yang menjadi kemashalatan bagi mereka. Oleh karena itu, dia mensyariatkan
hukum-hukum bagi mereka yang sesuai dengan keadaan manusia pada setiap waktu
dan tempat, disamping mengutus Rasulnya-rasulnya yang patut untuk menyampaikan
semua itu kepada umat manusia. Kami telah mewahyukan kepadamu al-Qur’an,
kemudian kami wariskan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamba-hamba kami. Yaitu,umat islam yang merupakan umat terbaik, dengan
kesaksian Al-Qur’an sendiri.[2]
Kemudian
kami menjadikan mereka tiga golongan yaitu,:
1.
Zhalimun li nafsi, orang
yang menganiaya diri sendiri, yaitu orang yang lalai dalam melaksanakan
sebagian perkara wajib dan melakukan bebrapa hal yang diharamkan.
2. Muqtashid,
yaitu orang yang menunaikan
perkara-perkara dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, namun adang-kadang
jatuh kedalam beberapa kesalahan dan kadang meninggalkan beberapa hal yang
dianggap baik,
3. Saiqun
bi’l khairat bi idzni’l-lah yaitu orang yang
berlomba dalam melakukan kebaikan dengan izin Allah, yaitu orang ang menunaikan
perkara-perkara wajib maupun hal-hal disukai, dan meninggalkan hal-hal yang
haram maupun hal-hal yang makruh dan beberapa hal yang dibolehkan (mubah). Dan setelah
Allah menyebutkan keadaan-keadaan dari pada sabiqin, maka di terangkan pula
balasan dan kesudahan mereka dengan firmannya :
Taman-taman tempat tinggal akan
dimasuki oleh orang-orang yang kami wariskan kepada mereka al-kitab dan kami
pilih mereka diantara hamba hamba kami pada hari kiamat. Mereka dihiasi disana
dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka ialah sutera.
Ketika itu mereka berkata : Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami rasa takut terhadap setiap
yang kami khawatirkan, dan membiarkan kami dari apa yang kami takuti, yaitu
kesedihan-kesedihan dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Tuhan kami adalah maha pengampun atas
dosa-dosa orang-orang yang berdosa dan maha berterima kasih kepada orang-orang
yang taat. Takkan mengalami rasa takut dalam kubur mereka maupun ketika mereka
dibangkitkan. Dan seolah-olah aku melihat ahli Lailahailla’l-lah menepiskan tanah dari kepala mereka sambil
berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita kami,
Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar maha pengampun lagi maha mensyukuri. Dan
Allah menghilangkan rasa khawatir tehadap kesudahan mereka maupun rasa khawatir
terhadap penghidupan dan godaan-godaan setan.[3]
B.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat
53-57
Ayat ke 53-55
Artinya:
Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan)?
Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada
manusia. (4: 53)
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan
Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya
kerajaan yang besar. (4: 54)
Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada
orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang
menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka)
Jahannam yang menyala-nyala apinya. (4: 55)
Dalam ayat sebelumnya telah disebutkan bagaimana kaum Yahudi
meminta bantuan kaum Musyrikin Mekah guna mengalahkan kaum Muslimin di
Madinah. Ayat ini ditujukan kepada mereka dan menanyakan apakah kalian melakukan perbuatan
ini dengan harapan mendapatkan kekuasaan dan pemerintahan. Padahal kalian tidak
memiliki kelayakan itu. Karena jiwa monopoli telah begitu kuat
membelenggu, maka kalian tidak akan memberikan hak kepada orang
lain. Kalian mengambil semua hak orang lain untuk diri sendiri.
Ketika itu, al-Quran mengatakan
kepada kaum muslimin, walaupun masyarakat di era itu sebagian ada
yang beriman dan sebagian lagi menentang, tapi kalian
tidak boleh berputus asa meyaksikan kaum Yahudi tidak mau beriman
kepada Islam. Jangan juga berputus asa menyaksikan kedengkian mereka terhadap
kalian. Karena hal ini telah terjadi sepanjang sejarah.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang
dapat dipetik:
1. Kenalilah musuh dan mantapkanlah keyakinan
agama kalian. Karena ketahuilah bila suatu hari kaum Yahudi itu
mendapatkan kekuasaan, maka mereka pasti akan mengabaikan kalian.
2. Sifat kikir, berpikiran sempit dan menilai
sesuatu tidak adil merupakan tanda-tanda orang yang cinta materi dan kekuasaan.
3. Apa yang dimiliki orang lain adalah dari
rahmat dan karunia Tuhan. Sementara orang yang dengki pada
hakikatnya ia memprotes tindakan
Tuhan. Daripada mendengki nikmat Tuhan yang diberikan
kepada orang lain, sebaiknya manusia selalu optimis akan karunia dan rahmat-Nya
yang tiada terbatas.
4. Mengharapkan semua manusia beriman adalah
harapan yang sia-sia. Allah Swt menghendaki semua manusia bebas
memilih jalan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad baiquni, Al-quran
dan ilmu pengetahuan kealaman,(Yogyakarta. Pt.
dana bakhti prima yasa :1997), hal. 259
Mustafha
Ahmad. Tafsir al-maraghi, (Putra
semarang), hal. 217.
No comments:
Post a Comment