Monday, 4 April 2016

Teori Komunikasi

A.    Pendahuluan
Banyak orang menganggap percakapan mareka sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Ketika orang berbicara satu sama lain, mereka sering kali mengikuti pola yang dapat dijebak dan mereka bergantung pada norma social yang ada. Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Barnett dan Pearce dan Vernon Gronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Cordinated Management Meaning ). Bagi Pearce dan Cronen, orang yang berkomunikasi berdasarkan aturan. Aturan-aturan memainkan peranan penting dalam teori ini. Para pencetusnya berpendapat bahwa aturan tidak hanya mampu membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dapat mengintreprstasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. CMM membantu menjelaskan bagaimana individu-individu saling menciptakan makna dalam percakapan.
Manajemen Makna Terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan mengintrepretasikan makna, dan dikoordinasikan. Komunikasi manusia dituntun oleh aturan. Rangkuman Gronen, Pearce, dan Harns. Mengenai Teori ini sangat informative” teori ini menggambarkan manusia sebagai actor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.
B.    Seluruh Dunia adalah Panggung
Untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman hidup, Pearce dan Gronen menggunakan Metafora, “ Theater tanpa Sutradara”. Mereka yakin bahwa didalam hidup sebagaimana theater, terdapat actor-aktor yang lain menghasilkan “ kekacauan yang memiliki titik-titik pertalian yang terpisah.” Bayangkan sebuah teater yang sangat luas. Tidak ada penonton, semuanya berada diatas panggung terdapat dan menjadi partisipan ada banyak barang diatas panggung, tetapi tidak tertata dengan rapi disebagian panggung terdapat tumpukan kostum dan furniture. Dibagian lain menyerupai sebuah kantor.
Ide mengenai produksi tetrikal yang kreatif ini benar-benar bertolak belakang dengan pandangan yang diyakini oleh para ahli lain ketika CMM dikonseptualisasikan. Diskusi-diskusi awal mengenai CMM berpijak pada kebutuhan untuk melepaskan diri dari tradisi empiris yang menjadi ciri yang banyak pembentukan teori pada masa itu.
Termasuk dalam Filsafat (Wilgenstein), Psikologi (James), dan Pendidikan (Dewey). Sebelum menggali lebih dalam menuju fitur-fitur utama dari teori ini. Kita terlebih dahulu harus membahas mengenai tiga asumsi mengenai Manajemen Makna Terkoordinasi.
C.    Hierarki dari Makna yang Terorganisasi
Menurut para ahli teorikus CMM, manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hirearkis ini merupakan salah satu didiskusikan dengan mendalam. Pertama, kita akan mengamati makna dari pernyataan ini, dan kemudian kita akan lihat kerangka yang berkaitan dengan asumsi ini.
Para teorikus CMM mengemukakan enam level makna : Isi, Tindak Tutur, Episode, Hubungan, Naskah Kehidupan, dan Pola Budaya. Smebari dari pada itu akan menjelaskan level-level ini, pikirlah bahwa level-level yang lebih rendah. Maksudnya, tiap akar pada tipe yang lain. Selain itu, pearce, dan gronen memilih untuk menggunakan hierarki ini sebagai sebuah model, dan bukanlah sebuah system pengurutan tertentu. Oleh karena itu para ahli teori komunikasi ini mengemukakan sebuah hierarki untuk membantu kita dalam memahami pengurutan makna yang terjadi pada orang-orang yang berbeda . Berikut ini adalah Makna Terkoordinasi :
a.    Isi
Level atau isi (Content) merupakan langkah awal dimana data mentah dikonversikan menjadi makna. Misalnya pada makan siang dikantor.
b.    Tindak Tutur
Dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994), mendeskripsikan tindak tutur (Speech Acts) sebagai “ tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara (termasuk memuji, menghina, berjanji, mengancam, menyatakan, dan bertanya.” Tindak tutur menyampaikan niat pembaca dan pengindikasikan bagaimana komunikasi harus di jalankan menggunakan contoh awal kita mengenal Ben Murphy.
c.    Episode
Untuk mengintrepretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen (1980) membahas episode (episode), atau rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir atau penutup. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks dimana orang bertindak. Pada level itu kita mulai berpengaruh dari konteks terhadap makna epidsode dapat menjadi sangat bervariassi mulai dari itu memberikan tumpangan hingga berselingkuh dengan teman kerja. Dalam sebuah interaksi, individu-individu, mungkin akan memilki perbedaan dalam bagaimana mereka menandai (Punctuade) atau menekankan sebuah episode.  Pearce dan Conklin (1979) dengan (Paunctuation) yang terkoordinasi.
d.    Hubungan
Level makna yang keempat adalah level hubungan (relationship), dimata dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan.. hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berperilaku. Selain itu, hubungan juga menyiratkan sebuah masa depan. Sedikit orang akan membuang waktu untuk membahas masalah kecuali jika merasa pentingnya masa depan.
e.    Naskah Kehidupan
Kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini disebut sebagai maskah kehidupann (Life Scrips) cobalah bayangkan naskah kehidupan sebagai autobiografi yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri anda sebagai mana seseorang adalah karena naskah kehidupan yang anda jalani.
f.    Pola Budaya
Ketika mendikusikan pola-pola budaya, Pearce dan Cronen menyatakan bahwa manusia mengidentifikasi diri dalam dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu lebih jauh lagi, tiap dari kita berperan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam msyarakat kita. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat jenis kelamin, ras, kelas, dan identitas religious.



D.    Kegunaan Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
Teori ini membantu menjelaskan bagaimana individu telah mulai saling menciptakan makna. Dalam percakapan jessi dan Murphy telah menetapkan peraturan pola yang akan menentukan interaksi keluarga baru mereka. Saat kita menciptakan dunia social kita, kita menggunakan berbagai aturan membimbing komunikasi yang terjadi diantara orang-orang. Teori ini berfokus pada relasi antara individual dengan masyarakatnya. Melalui sebuah struktur hirarki, orang-orang mengorganisasikan makna dari berates-ratus pesan yang diterima dalam sehari.
E.    Asumsi Teori
Asumsi Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara masyarakat dan individu dengan masyarakat (Phillsen, 1995). Ada beberapa asumsi :
1)    Manusia Hidup dalam Komunikasi
2)    Manusia Saling Menciptakan Realitas Sosial
3)    Transaksi Informasi tergantung pada makna pribadi dan interpersonal.
F.    Asumsi-asumsi Manajemen makna Terkoordinasi
CMM berfokus pada diri dan hubungan dengan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individual dan masyarakat. Jika kita kembali melihat metafora mengenai teater, pertimbangkan bahwa semua actor harus dapat berimprovisasi. Menggunakan pengalaman-pengalaman acting pribadinya serta merujuk pada naskah yang mereka bawa dalam drama tersebut.
Asumsi-asumsi adalah sebagai berikut yang dapat dikemukakan :
1.    Manusia hidup dalam komunikasi
2.    Manusia saling menciptakan realitas social
3.    Transaksi Informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal.
Asumsi pertama merupakan pentingnya komunikasi yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi, fakta bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi Pearce, berpendapat bahwa “komunikasi adalah akan selalu ada, dimanapun, dan kapan pun.”
Asumsi kedua adalah bahwa manusia saling menciptakan komunikasi social dan realitas social. Walau pun kita telah sedikit membahas hal ini sebelumnya, asumsi ini layak untuk dipelajari lebih jauh. Kepecayaan bahwa orang-orang menciptakan realitas social mereka dalam perckapan disebut kontruksionisme social ( Social Contuctionsnim ).
G.    Kesimpulan
Manajemen Makna Terkoordinasi secara umum adalah merujuk bagaimana individu-individu dapat menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan dimana makna senantiasa dikoordinasikan. Komunikasi manusia dituntun oleh aturan. Rangkuman para ilmuwan komunikasi Cronen, Pearce dan Harris. Bahwa teori ini menggambarkan manusia sebagai actor yang berusaha untuk mencapai koordinasi.
Bahwa Hierarki dalam Makna Terkoordinasi menyatakan bahwa orang menyatakan komunikasi berarti bahwa komunikator sanggup penekanan yang diberikan pada pesan tertentu.
    Pesan-pesan dari Manajemen Makna Terkoordinasi adalah :
1)    Isi
2)    Tindak Tutur
3)    Episode
4)    Hubungan
5)    Naskah Kehidupan
6)    Pola Budaya.
Asumsi-asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi bahwa seorang individu akan memberikan makna. Manusia karenanya, mampu menciptakan dan mengintrepretasikan makna
a)    Manusia hidup dalam Komunikasi
b)    Manusia saling menciptakan realitas social
c)    Transaksi informasi makna pribadi dan interpersonal.

No comments:

Post a Comment